Bahkan, kata Dayat, saat belum pandemi, karena hasil karya ukir kayunya ini, ia kerap diundang negara lain untuk mengikuti pameran.
"Jaya-jayanya usaha kami itu waktu zaman Presiden Soeharto. Waktu itu Ibu Tien (Istri Presiden Soeharto) membantu kami menerima produk-produk kami untuk dipasarkan di Jakarta. Setelah Ibu Tien meninggal, kami seperti anak kehilangan induknya," tutur Dayat.
Tapi, kata Dayat, saat itu ia masih bisa mengusahakan membuka akses pemasaran ke daerah lain, seperti ke Bali, Batam hingga Singapura.
"Kalau di zaman corona sekarang ini susah, karena pemasarannya enggak bisa. Orderan dari Batam, Bali, Singapura juga juga berhenti total, karena tempat usaha di sana juga tutup semua, malah ada yang gulung tikar karena lama gak bisa buka tokonya. Jadi saya mah berharap pandemi ini cepat berakhir. Karena dulu mah cari uang juga nggak susah kayak sekarang ini," kata Dayat.
Baca juga: Cerita Pedagang Disandera di Mobil dan Dimintai Tebusan Rp 5 Miliar, Lolos Saat Penculik Minum Kopi
Ajakan pejabat beli produk lokal
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Sumedang Titus Diah mengatakan, ia sejauh ini telah berkeliling Sumedang dan menerima keluhan yang sama dari para pelaku usaha di bidang kerajinan.
Titus menuturkan, bantuan sosial memang tidak menjadi solusi dalam membantu ekonomi para pelaku usaha.
"Yang mereka butuhkan saat ini adalah pemasaran. Usaha mereka tidak jalan karena akses pemasarannya tidak ada. Ini menjadi aspirasi untuk kami carikan solusinya bersama dengan pemerintah daerah," ujar Titus kepada Kompas.com di Sanggar Reret Art Shop milik Dayat.
Titus menuturkan, sebagai solusi awal, ia telah menyampaikan kepada DPRD Sumedang, Pemkab Sumedang, dinas instansi hingga perusahaan lain di Sumedang untuk memanfaatkan produk para perajin ini menjadi cenderamata.
"Jadi saya mengajak, mengimbau berbagai pihak, terutama DPRD, dan pemerintah untuk membeli produk mereka. Karya ukir seni yang bernilai tinggi ini bisa dimanfaatkan pemerintah menjadi souvenir," kata Titus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.