Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tingkat Kematian akibat Covid-19 Tinggi, Kabupaten Garut Jadi Level 4

Kompas.com - 02/08/2021, 13:51 WIB
Ari Maulana Karang,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

GARUT, KOMPAS.com – Kabupaten Garut, Jawa Barat, mengalami peningkatan level kewaspadaan Covid-19 dari sebelumnya level 3, menjadi level 4.

Hal ini terjadi karena tingginya angka kematian akibat Covid-19 di Garut.

“Gubernur menentukan, Garut naik lagi level 4, karena kematian tinggi,” ujar Wakil Bupati Garut Helmi Budiman kepada wartawan di Comand Centre Pemkab Garut, Senin (2/8/2021).

Helmi menuturkan, Pemkab Garut sebelumnya telah berupaya semaksimal mungkin melakukan berbagai upaya menekan angka kematian.

Baca juga: Untuk Masyarakat Umum, Ini Cara Pendaftaran Vaksinasi di Kabupaten Garut

Namun, tingkat kematian masih terbilang tinggi. Untuk itu, hal ini akan menjadi pekerjaan rumah bagi Pemkab Garut.

“Kita coba cari kenapa angka kematian kita tinggi, apa karena yang positif sangat banyak, apa penanganan RSU yang lambat, atau pasien yang terlambat dirujuk. Yang pasti ini tidak boleh terulang,” kata Helmi.

Setelah ada kenaikan level, Helmi mengatakan, Pemkab akan kembali mengatur pengetatan aturan mobilitas warga.

Namun, secara teknis Helmi belum bisa menjelaskan hal tersebut.

Sebelumnya, Kepala Bidang Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Asep Surachman mengakui bahwa tingkat kematian pasien Covid-19 di Garut memang tinggi, mencapai 4,7 persen dari total kasus Covid-19 di Garut.

“Angka kematian itu terjadi pada Juni, karena saat itu terjadi outbreak. Ketika itu kasus naik enam kali lipat dibanding Mei, otomatis banyaknya kasus berdampak pada kebutuhan bed di rumah sakit, jadi kelabakan di rumah sakit,” kata Asep kepada wartawan.

Baca juga: Viral, Video Mobil Tabrak Penyekatan PPKM hingga Barier Beterbangan

"Saat terjadi outbreak, Puskesmas ketika merujuk harus waiting list 2-3 hari, sementara pasien juga memburuk, jadi masuk rumah sakit sudah buruk kondisinya,” kata dia.

Selain itu, faktor lainnya adalah terlambatnya deteksi dini pada pasien.

Hal ini terjadi karena masyarakat menganggap gejala Covid-19 yang diderita sebagai gejala flu biasa.

“Dianggap hanya meriang biasa, ternyata terus memburuk, baru akses ke faskes,” kata dia.

Faktor lainnya, menurut Asep, terbatasnya ketersediaan alat kesehatan di fasilitas kesehatan yang ada, terutama ventilator.

Meski demikian, Asep mengklaim bahwa pada Juli kemarin, angkat kematian sudah mulai menurun.

Selain itu, angka kasus positif Covid-19 di Garut sudah relatif mulai terkendali.

Pihaknya pun berupaya menekan angka kematian dengan memaksimalkan penanganan di hulu, berupa tracing dan testing yang terus digencarkan.

“Kalau ada yang datang ke Puskesmas memiliki gejala, kita lakukan antigen agar bisa terdeteksi lebih awal. Kalau positif, dalam 72 jam kita harus tracing 15 kontak erat, biar yang OTG semua terdeteksi, jangan sampai berkeliaran,” kata Asep.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Akhir Pelarian Renternir yang Balik Nama Sertifikat Tanah Peminjamnya untuk Agunan Bank

Akhir Pelarian Renternir yang Balik Nama Sertifikat Tanah Peminjamnya untuk Agunan Bank

Regional
Korsleting Genset, Kapal Nelayan di Bangka Terbakar dan Karam, 5 ABK Lompat ke Laut

Korsleting Genset, Kapal Nelayan di Bangka Terbakar dan Karam, 5 ABK Lompat ke Laut

Regional
Kenal di Facebook, Bocah SMP Dibawa Kabur Seorang Pemuda, Berkali-kali Dilecehkan dan Diajak Ngamen

Kenal di Facebook, Bocah SMP Dibawa Kabur Seorang Pemuda, Berkali-kali Dilecehkan dan Diajak Ngamen

Regional
Gali Tanah untuk Bangun Rumah, Seorang Pekerja Temukan Mortir

Gali Tanah untuk Bangun Rumah, Seorang Pekerja Temukan Mortir

Regional
Serunya Nonton Indonesia Vs Korsel di Pasar Pagi, Pedagang Fokus ke Jualan dan Sepak Bola

Serunya Nonton Indonesia Vs Korsel di Pasar Pagi, Pedagang Fokus ke Jualan dan Sepak Bola

Regional
Kecewa Tuntutan Turunkan UKT Belum Terpenuhi, Mahasiswa Unsoed Lepas Jaket Almamater

Kecewa Tuntutan Turunkan UKT Belum Terpenuhi, Mahasiswa Unsoed Lepas Jaket Almamater

Regional
Polda Aceh Tangkap 2 Pembawa Gading Gajah di Pidie

Polda Aceh Tangkap 2 Pembawa Gading Gajah di Pidie

Regional
Ketahuan Curi Motor, Seorang Residivis Ditelanjangi dan Ditandu Warga Saat Sembunyi di Sungai

Ketahuan Curi Motor, Seorang Residivis Ditelanjangi dan Ditandu Warga Saat Sembunyi di Sungai

Regional
Pemburu Badak Jawa di TNUK, Jual Cula Seharga Rp 525 Juta

Pemburu Badak Jawa di TNUK, Jual Cula Seharga Rp 525 Juta

Regional
Aksi Bejat 3 Pria Paksa Siswi SMP Hubungan Badan dengan Pacar dan Ikut Perkosa Korban

Aksi Bejat 3 Pria Paksa Siswi SMP Hubungan Badan dengan Pacar dan Ikut Perkosa Korban

Regional
Bunuh 6 Badak Jawa di TNUK, Polda Banten Tangkap 1 Pemburu, 5 Buron

Bunuh 6 Badak Jawa di TNUK, Polda Banten Tangkap 1 Pemburu, 5 Buron

Regional
10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

Regional
Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Regional
Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Regional
Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com