Tarman menyebut, ada sekitar 300 PKL yang berjualan di Alun-alun Kota Madiun.
Mereka mengharapkan pemerintah memberikan stimulan bantuan modal untuk bisa berjualan lagi. Selain itu, jam berjualan diperpanjang agar PKL bisa mendapatkan uang untuk menghidupi keluarga.
“Teman berharap dapat bantuan modal atau pinjaman lunak. Bersyukur lagi kalau dapat bantuan hibah dari pemerintah,” ungkap Tarman.
Untuk bertahan hidup selama PPKM, kata Tarman, banyak PKL memilih berutang.
Menurut Tarman, di awal pandemi para PKL banyak yang sudah mendapatkan bantuan sembako. Namun tahun ini banyak yang belum mendapatkan sama sekali.
“Sembako sudah pernah dapat sekali dari Dinsos berupa beras 20 kilogram,” kata Tarman.
Baca juga: Cerita di Balik Upaya Wali Kota Madiun Berdayakan PKL untuk Bantu Warga yang Isoman
Senada dengan Tarman, Sunarsih (53) mengaku pembeli di warungnya sepi selama PPKM darurat hingga PPKM level empat.
Ibu rumah tangga yang kesehariannya berjualan makanan dan minuman ini hanya mendapatkan penghasilan Rp 30.000 hingga Rp 40.000.
Sebelum PPKM Darurat diberlakukan, ia bisa mendapatkan penghasilan hingga Rp 300.000 setiap harinya.
“Sehari paling hanya dapat pemasukan Rp 30.000 sampai Rp 40.000. Dengan hasil itu lantas saya mau kulakan apa,” kata Sunarsih.
Ia berharap PPKM cepat selesai dan bisa berjualan lancar hingga pukul 12.00 malam. Sunarsih berharap mendapatkan suntikan modal dari pemerintah agar jualannya lancar.
“Kami berharap dapat modal biar bisa berjualan lancar. Setidaknya kami dapat bantuan Rp 600.000 seperti yang lainnya,” kata Sunarsih.