Di Kota dan Kabupaten Bandung, Jawa Barat, sebanyak dua rumah sakit umum daerah menutup layanan instalasi gawat darurat (IGD) untuk pasien Covid 19 lantaran minimnya pasokan oksigen.
oksigen
Bahkan ada warga mengantre di sejumlah tempat isi ulang oksigen untuk pasien Covid 19 yang isolasi mandiri di rumah.
Namun pemerintah setempat menjamin pasokan oksigen aman.
Baca juga: Stok Tabung Oksigen di RSI Banjarnegara Aman, Warga Tak Perlu Panik
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bandung menutup layanan IGD pasien Covid per 2 Juli 2021. Kurangnya pasokan oksigen menjadi salah satu alasannya.
"Empat hari yang lalu sudah merasakan kurangnya pasokan oksigen dari distributor dan vendor. Makanya empat hari yang lalu itu, sudah coba mengefisiensikan penggunaan oksigen ini," kata Direktur RSUD Kota Bandung, Mulyadi, saat dihubungi, Sabtu (3/7/2021).
Menurut dia, ada dua hal yang menyebabkan kekurangan oksigen.
Pertama, lonjakan pasien Covid 19 yang membutuhkan oksigen meningkat hingga dua kali lipat, dari biasanya tiga hingga empat menjadi delapan hingga sepuluh tabung FCL.
Kedua, terbatasnya pasokan dari distributor.
"Ya memang distributor kayaknya kesulitan karena rumah sakit-rumah sakit lain sama (membutuhkan), jadi dari hulunya ini. Yang produksinya sama segitu, tapi kebutuhannya kemana-mana. Jadi tidak seimbang antara produksi dengan kebutuhan yang melonjak," tutur Mulyadi.
Baca juga: Ambil Paksa Jenazah Pasien Covid-19, Puluhan Warga Datangi Rumah Sakit
Alasannya serupa, yakni minimmya pasokan oksigen dan lonjakan pasien Covid 19.
"Kita evaluasi mudah-mudahan secepatnya, begitu pasokan oksigen memadai, kita akan normalkan lagi untuk pelayanan IGD," kata Humas RSUD Majalaya, Agus Heri Zukari, kepada wartawan Yuli Saputra yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
Agus menjelaskan, jumlah pasien Covid 19 melonjak hingga hampir 270 kunjungan per 28 Juni 2021, atau sekitar tiga kali lipat jika dibandingkan bulan Mei.
Baca juga: 52 Tenaga Medis di Kota Sorong Terpapar Covid-19, Pelayanan Rumah Sakit Tetap Berjalan.
Sebagian besar pasien Covid 19, kata Agus, sudah membutuhkan bantuan oksigen.
"Hampir semua yang datang ke rumah sakit itu, rata-rata sudah status kuning dan merah. Jadi hampir semua yang masuk itu menggunakan oksigen dalam jumlah besar," ungkapnya.
Di lain sisi, pasokan oksigen berkurang, seperti yang dialami RSUD Kota Bandung.
Di tempat lain, Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) Kota Bandung memutuskan menutup layanan klinik atau rawat jalan, meski stok oksigen masih mencukupi.
Baca juga: BOR Rumah Sakit di Atas 90 Persen, Gubernur Banten: Gejala Ringan, Sebaiknya di Rumah Saja
Keputusan itu diambil lantaran banyak tenaga kesehatan yang terpapar.
Direktur Utama RSKIA, Taat Tagore, mengungkapkan, dari 90 orang tenaga medis terpapar virus SAR CoV2, 10 orang di antara mereka harus menjalani perawatan di rumah sakit dan sisanya isolasi mandiri.
Saat ini, Taat tidak bisa memastikan, sampai kapan stok oksigen bisa mencukupi.
"Kita juga punya alat penghasil oksigen, tapi skalanya tidak dirancang untuk situasi saat ini. Kalau hanya mengandalkan alat penghasil oksigen dari RSKIA, nggak akan mampu," ujar Taat.
Baca juga: Bupati Banjarnegara: Rumah Sakit Penuh, Karantina Penuh, Ini Berlomba Buat Karantina Lagi