Empat hari ke belakang, Nang Sudrajat mulai kesulitan mengisi ulang tabung oksigen untuk anaknya yang sedang mengidap Covid 19.
Pria 57 tahun itu harus berkeliling ke sejumlah tempat isi ulang oksigen yang sebagian besar menyatakan habis.
Kalaupun ada, Nang harus indent atau memesan terlebih dahulu dan mengantre untuk hari berikutnya.
Nang seperti berlomba dengan waktu karena persediaan oksigen harus terpenuhi sebelum stok habis.
Baca juga: Ini Rumah Sakit Rujukan untuk Pasien Covid-19 di Kabupaten Garut
Dua tabung oksigen yang dia miliki hanya mampu bertahan untuk 6-8 jam.
Sementara, anaknya mengalami sesak dengan saturasi oksigen dalam darah rendah, namun tidak bisa dirawat di rumah sakit karena penuh.
"Susahnya tiga-empat hari ke belakang sulit karena mungkin peningkatan orang yang terpapar dan makin banyak orang yang melakukan isolasi mandiri. Artinya persediaan oksigen harus menyediakan sendiri.
"Rumah sakit gak mungkin melayani, puskesmas juga tidak punya sarananya," ungkap Nang, saat dihubungi Sabtu (3/7/2021).
Selain sulit, menurut Nang, harganya pun naik dua kali lipat.
Untuk isi ulang, yang biasanya Rp25.000 hingga Rp 30.000 per meter kubik, menjadi Rp 50.000 per meter kubik.
Belum lagi jika membeli satu set tabung oksigen yang harganya melonjak tajam hingga Rp1,8 juta.
Nang meminta pihak berwenang segera mengatasi persoalan ini.
"Apakah pemerintah menyediakan atau membantu distribusi, itu perlu. Minimal informasi bahwa di sini ada (isi ulang oksigen) 24 jam. Saya pikir itu belum ada, padahal itu sangat strategis dan kalau tidak tertangani kebutuhan oksigennya bisa fatal," kata warga Kota Bandung itu.
Baca juga: Hari Kedua PPKM Darurat, Polisi Putar Balik Pesepeda di Kota Bandung