Setiba di Gunung Pajudan di daerah Guluk-guluk, ia mulai bertapa selama beberapa tahun.
Ki Lesap memiliki sebuah golok yang bisa diperintahkan mengamuk sendiri tanpa ada yang memegangnya. Karena kesaktiannya, nama Ki Lesap terkenal di pelosok Madura.
Saat merasa yakin, ia pun mulai mengobarkan api pemberontakan. Ia mulai mendapatkan simpati dari rakyat dan saat turun dari pertapaannya di Gunung Payudan, ia berhasil dengan mudah menaklukkan desa-desa yang ia datangi.
Baca juga: Sederet Upaya Tangani Lonjakan Kasus Covid-19 Bangkalan
Pemberontakan Ki Lesap pun dimulai dari timur.
Ia mulai menyerang Kerajaan Sumenep dan berhasil mendudukinya. Pangeran Tjokronegoro IV (Raden Alza) sebagai Bupati Sumenep merasa sangat ketakutan dan ia melarikan diri bersama-sama keluarganya ke Surabaya, lalu melaporkan adanya pemberontakan tersebut kepada Kompeni.
Dari Sumenep, Ki menuju ke Pamekasan melalui jalan sebelah selatan dan singgah di Bluto, Prenduan, Kadura dan seterusnya.
Di semua tempat yang dilalui, ia disambut oleh rakyat dengan penuh simpati dan terus mereka menggabungkan diri masuk pasukan pemberontak.
Baca juga: Pos Penyekatan Suramadu Sisi Bangkalan Ditiadakan, Begini Kata Warga yang Melintas
Pamekasan dengan mudah pula dapat dikalahkan, karena pada waktu itu Bupati Pamekasan yang bernama Tumenggung Ario Adikoro IV (R Ismail) tidak ada di tempat dan sedang bepergian ke Semarang.
Mengetahui hal tersebut, Adikoro IV menantu Cakraningrat V di wilayah yang saat ini dikenal Bangkalan meminta izin ke mertuanya untuk perang melawan Lesap.
Adikoro naik kuda dari Bangkalan menuju Blega dan bertemu dengan kelompok dari Pamekasan yang dipimpin oleh Wongsodirejo, Penghulu Bagandan. Mereka bergabung dengan Adikoro.
Saat isirahat di Sampang dan makan siang, datangkan utusan dari Lesap yang membawa surat berisi tantangan untuk berperang.
Adikoro yang sedang makan langsung marah dan berdiri untuk mengajak pasukannya untuk berperang melawan Lesap.
Saat itu Penghulu Bagandan tidak setuju untuk berangkat segera karena hari itu adalah hari yang nahas.
Ia menasihati Adikoro untuk berangkat bessok hari. Namun, Adikoro tak sabar menunggu walau hanya semalam. Akhirnya Penghulu Bagandan pun menemani Adikoro hari itu juga pergi ke Pamekasan.
Baca juga: Pemprov Jatim Berlakukan Pengetatan PPKM Mikro di 8 Desa di Bangkalan
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.