Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Becak Pertama di Yogyakarta, dari Antar Beras hingga Candu

Kompas.com - 13/06/2021, 06:06 WIB
Rachmawati

Editor

Sumber

Sayangnya tak ada barang milik Ong Kho Sioe yang tertinggal. Pipa cangklong candu miliknya turut disimpan di dalam kubur OKS.

Yang ada hanya sedikit kenangan panci masak candu, peralatan bengkel becak, dan rumah yang akan berpindah tangan.

“Rumah ini akan dijual atas kesepakatan keluarga papa dan adiknya. Sakjane yo eman (sebetulnya sayang), banyak kenangangan. Tapi ya ini kesepakatan. Ini statusnya HGB, kami ya ikut aturan saja,” ujar Sishe.

Baca juga: Keluh Kesah Penarik Becak, Sudah Tersingkir oleh Ojek Online Kini Dihantam Pandemi

“Tak banyak yang tersisa dari rumah candu dan becak OKS. Ndak ada catatan bon, tagihan becak, buku kas. Bahkan kami cari di foto-foto engkong, seperti foto waktu engkong meninggal itu ya ndak ada tampak becak satu pun," kata Sishe Eliyawati cucu Ong Si Sihe yang menempati Rumah Kongsi.

"Hanya tersisa ingatan saya dan kakak saya, juga alat bengkel yang namanya tanggem. Candu, yang tersisa hanya wajan bekas masak candu,” tambah dia.

Ia bercerita saat masih kecil sering bermain di atas becak atau melihat kegiatan tukang becak yang memperbaiki becak.

Baca juga: Sejarah Kampung Pecinan Ketandan Yogyakarta dan Kapitan Tan Jin Sing

Atau mengecat slebor dan membuat atap kanvas dengan menggunakan tanggem untuk membengkokkan rotan atap becak.

Ia menyebut becak karya sang kakak sebagai pelopor slebor (lumbung) becak gambar pemandangan di Yogyakarta.

Tinggal kenangan

Sayangnya keberadaan becak-becak di Ketandan menjadi misteri. Yang tersisa hanya ingatan rumah-rumah para juragan becak di daerah tersebut.

Salah satu warga Ketandan yang masih ingat keberadaan becak yang lahir di Pecinan adalah Ong Muk Nang yang lahir tahun 1940. Dia adalah generasi kedua becak OOP (Ong O Poo)

Ia memperlihatkan jari telunjuk tangan kanannya yang putus satu baku akibat jeruji becak yang berputar di tahun 1970-an.

Baca juga: Viral di Instagram, Kampung Ketandan Yogyakarta Dikira Shanghai

“OOP [dan] OKS sama-sama buka rumah kongsi untuk tempat tinggal orang-orang yang datang dari Cina. Lima kamar di sini. Di sini juga rumah candu, ya bengkel becak,”ujar Muk Nan.

Ia menyebut becak OOP berasal dari semarang yang jumlahnya sekitar 100 becak.

Becak OOP dari Semarang datang 100, tapi ya tahun 70-an lebih sudah selesai. OKS itu besar (perusahaan) becaknya, ada 3 lagi. Lupa itu tahun berapa wong sudah lebih dari 40 tahun lalu," kata dia.

Di Ketandan ada lima perusahaan becak mulai OKS (Ong Kho Sioe), OOP (Ong O Poo), TIN (Tan In Nong), Istimewa dan yang terakhir adalah Kurnia.

Baca juga: Inilah Kampung Ketandan yang Viral Karena Mirip Shanghai di China

Hingga saat ini Ketandan pun menjadi misterius karena cerita becak-becaknya sedikit yang terungkap.

Di Yogyakarta sendiri ada merek becak lainnya yakni Kalimantan, PUN, King Kong, Sinar Laut, Pasti Jaya, dan Caroko. Becak Caroko adalah perusahan becak pertama yang dimiliki oleh pengusaha beretnis Jawa pada 1968.

Ketandan adalah sepetak pecinan Yogyakarta yang kerap terlewat oleh para pelawat namun begitu memikat dengan cerita becak yang masih terawat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Sedang

Regional
Lontaran Pijar Gunung Ibu Capai 1.000 Meter di Bawah Bibir Kawah

Lontaran Pijar Gunung Ibu Capai 1.000 Meter di Bawah Bibir Kawah

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang Ini Berawan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang Ini Berawan

Regional
Mati Terkena Tombak, Bangkai Paus Kerdil Terdampar di Botubarani

Mati Terkena Tombak, Bangkai Paus Kerdil Terdampar di Botubarani

Regional
Ibu Melahirkan di Ambulans karena Jalan Rusak, Dinkes Kalbar Bersuara

Ibu Melahirkan di Ambulans karena Jalan Rusak, Dinkes Kalbar Bersuara

Regional
[POPULER NUSANTARA] Pabrik Sepatu Bata di Karawang Tutup | Kades di Blora Tewas Tersengat Listrik

[POPULER NUSANTARA] Pabrik Sepatu Bata di Karawang Tutup | Kades di Blora Tewas Tersengat Listrik

Regional
Ketiduran Sambil Bawa Emas, Nenek 87 Tahun Jadi Korban Perampokan

Ketiduran Sambil Bawa Emas, Nenek 87 Tahun Jadi Korban Perampokan

Regional
Kemenkes Berikan Beasiswa Kedokteran Khusus untuk Anak Asli Natuna

Kemenkes Berikan Beasiswa Kedokteran Khusus untuk Anak Asli Natuna

Regional
Banjir Sembakung Jadi Perhatian Nasional, Pemda Nunukan Dapat Bantuan 213 Unit Rumah dari BNPP

Banjir Sembakung Jadi Perhatian Nasional, Pemda Nunukan Dapat Bantuan 213 Unit Rumah dari BNPP

Regional
Gempa Magnitudo 5,2 Guncang Wilayah Lumajang

Gempa Magnitudo 5,2 Guncang Wilayah Lumajang

Regional
Wilayah Rawan Banjir Kiriman Malaysia Jadi Sasaran TMMD, Kodim 0911/NNK Siapkan Lahan Pangan

Wilayah Rawan Banjir Kiriman Malaysia Jadi Sasaran TMMD, Kodim 0911/NNK Siapkan Lahan Pangan

Regional
6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

Regional
Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com