Makna Busana Koto Gadang
Penggunaan tinkuluak talakuang dalam pakaian pengantin Koto Gadang ini juga syarat dengan makna.
Busana ini mencerminkan falsafah Minangkabau adat basyandi syarak, syarak basandi kitabullah, adat yang diterapkan di masyaratkan tidak terlepas dari prinsip-prinsip agama Islam.
"Tinkuluak talakuang menandakan agama dijunjung tinggi oleh masyarakatnya. Karena itu tinkuluak ini berada di atas kepala," tambah Zusneli.
Baca juga: Terdampak Gempa Sulbar, 50 Perantau Minang Tinggal di Pengungsian
Ia juga menerangkan, sebelum dimodifikasi seperti saat ini, dahulunya tinkuluak talakuang ini menyerupai mukena yang dikibarkan ketika dipakai.
Pada bagian belakang sebagian dijahit dan sebagian dibiarkan berkibar. Dengan demikian ia akan mengikuti pola wajah dan menutup aurat si pemakai.
Berbeda dengan model sekarang yang hanya berbentuk kain persegi panjang dan menyerupai selendang.
Tak hanya model tinkuluak talakuang yang syarat makna, bahan dan hiasan yang melekat pada tinkuluak ini juga memiliki makna.
Penggunaan bahan beludru dan hiasan yang terbuat dari perak dan tembaga menandakan wanita di Minangkabau adalah hiasan Rumah Gadang.
Baca juga: Film Gadih Basanai, Kisah Cinta Segitiga yang Tampilkan Keindahan Alam dan Budaya Minang
Karena itu, mereka menggunakan bahan terbaik dan hiasan terbaik saat upacara pernikahan.
Begitu juga dengan baju dan songket yang dimiliki juga memiliki makna.
Baju kuruang basiba dipilih karena tidak memperlihatkan lekuk tubuh.
Berbeda dengan baju muslim pada umumnya, baju kuruang basiba memiliki celah yang didesain khusus pada bagian lehernya.
"Bagian yang sedikit terbuka di bagian leher ini akan memudahkan udara masuk sehingga yang memakai tidak kepanasan. Dan ini juga memiliki makna bahwa wanita di Minangkabau bisa menerima masukan dari siapa pun sehingga wanita Minang dituntut untuk bersikap bijaksana," terang Zusneli.