Salin Artikel

Sering Jadi Pilihan Artis Saat Menikah, Ini Makna Busana Adat Koto Gadang

Sebut saja seperti Nikita Willy, Irish Bella hingga Lesti Kejora memilih menggunakannya.

Tak seperti pakaian pengantin Minang lazimnya yang menggunakan suntiang, busana adat Koto Gadang identik dengan kain segiempat yang dikenakan di kepala atau dikenal dengan sebutan tinkuluak tilakuang.

Koto Gadang sendiri adalah sebuah nagari yang berada di Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

Peneliti di Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Sumatera Barat Zusneli Zubir menuturkan, meskipun berbentuk selendang, tapi tinkuluak talakuang ini bukanlah selendang dan keberadaanya tidak dipengaruhi oleh kebudayaan India yang datang ke Sumatera Barat.

"Tinkuluak talakuang adalah asli milik orang Minangkabau dan merupakan pakaian dari wilayah darek atau luhak pada zaman dulunya. Berbeda dengan suntiang yang merupakan pakaian dari wilayah rantau alam Minangkabau. Suntiang ini dipengaruhi oleh kebudayaan Cina," terang Zusneli Zubir ketika dihubungi, Sabtu (5/06/2021).

Tinkuluak berarti penutup kepala dan talakuang adalah mukena yang dikenakan untuk shalat.

Menurut Zusneli, penggunaan tinkuluak talakuang sebagai pakaian dalam upacara pernikahan tidak terlepas dari kebiasaan masyarakat zaman dulu melilitkan mukena di kepala dan membawanya ke mana mereka pergi.

"Dengan demikian, di mana pun mereka berada ketika waktu shalat masuk, mereka tidak susah lagi mencari mukena untuk shalat," ucapnya.

Penggunaan tinkuluak talakuang dalam pakaian pengantin Koto Gadang ini juga syarat dengan makna.

Busana ini mencerminkan falsafah Minangkabau adat basyandi syarak, syarak basandi kitabullah, adat yang diterapkan di masyaratkan tidak terlepas dari prinsip-prinsip agama Islam.

"Tinkuluak talakuang menandakan agama dijunjung tinggi oleh masyarakatnya. Karena itu tinkuluak ini berada di atas kepala," tambah Zusneli.

Ia juga menerangkan, sebelum dimodifikasi seperti saat ini, dahulunya tinkuluak talakuang ini menyerupai mukena yang dikibarkan ketika dipakai.

Pada bagian belakang sebagian dijahit dan sebagian dibiarkan berkibar. Dengan demikian ia akan mengikuti pola wajah dan menutup aurat si pemakai.

Berbeda dengan model sekarang yang hanya berbentuk kain persegi panjang dan menyerupai selendang.

Tak hanya model tinkuluak talakuang yang syarat makna, bahan dan hiasan yang melekat pada tinkuluak ini juga memiliki makna.

Penggunaan bahan beludru dan hiasan yang terbuat dari perak dan tembaga menandakan wanita di Minangkabau adalah hiasan Rumah Gadang.

Karena itu, mereka menggunakan bahan terbaik dan hiasan terbaik saat upacara pernikahan.

Begitu juga dengan baju dan songket yang dimiliki juga memiliki makna.

Baju kuruang basiba dipilih karena tidak memperlihatkan lekuk tubuh.

Berbeda dengan baju muslim pada umumnya, baju kuruang basiba memiliki celah yang didesain khusus pada bagian lehernya.

"Bagian yang sedikit terbuka di bagian leher ini akan memudahkan udara masuk sehingga yang memakai tidak kepanasan. Dan ini juga memiliki makna bahwa wanita di Minangkabau bisa menerima masukan dari siapa pun sehingga wanita Minang dituntut untuk bersikap bijaksana," terang Zusneli.


Kemudian untuk motif yang terdapat pada songket juga memiliki makna tergantung pada motif yang digunakan.

"Awalnya orang Minangkabau hanya mengenal dua motif yaitu kaluak paku dan pucuak rabuang. Hal ini dibuktikan dengan temuan menhir di Limapuluh Kota yang sudah menggunakan kedua motif ini," ucap Zusneli.

Kaluak paku bermakna yang tua mengayomi yang muda, pucuak rabuang bermakna setiap insan manusia berguna di muka bumi dan bisa hidup di mana pun dengan beradaptasi pada setiap lingkungan.

"Saat ini sudah terdapat sekitar 100 motif yang digunakan sesuai dengan perkembangan zaman," ucap Zusneli.

Kenapa baju adat Koto Gadang menjadi tren saat ini. Hal ini karena sifatnya yang praktis dan ringan namun menampilkan kesan elegan.

"Dengan memakainya maka akan mencerminkan wajah yang berseri. Seperti orang yang selalu menjaga shalatnya akan terlihat berseri di wajahnya," ucap Zusneli yang juga Ketua Himpunan Wanita Karya (HWK) Sumbar.

https://regional.kompas.com/read/2021/06/06/093207678/sering-jadi-pilihan-artis-saat-menikah-ini-makna-busana-adat-koto-gadang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke