Di rumahnya dipajang hasil sablonan di etalase yang sudah cukup berdebu tanda tidak banyak orang yang datang. Beberapa kaos baru dijual Rp 50.000 bagi siapa saja yang ingin membeli.
Selama ini dirinya memasarkan sablonnya melalui Facebook pribadinya Imam Sibaweh dan instagram @go_baweh.
"Pesanan belum selancar sebelum pandemi, ya pokoknya berusaha saja. Sambil momong anak," kata dia.
Sambil memegang meja untuk menopangnya berdiri, Imam menggesut alat sablonnya. Dia juga bisa mengendarai motor roda tiga, bahkan bisa menyetir mobil.
Sambil menunjukkan video menyetir, Imam mengatakan, mobil tua Daihatsu Hijet 1000 dimodifikasi, bagian tongkat persneling diberi kopling tangan.
Gas dan rem juga dimodifikasi agar bisa ditekan menggukan bagian dengkulnya.
Saat berbincang, Imam juga memperkenalkan salah seorang teman saat rehabilitasi di Yakkum yang saat ini bekerja sebagai sales.
Baca juga: BPPTKG Sebut Gempa Yogyakarta 2006 Berpengaruh pada Aktivitas Gunung Merapi
Dia adalah Sigit Triyanta warga Kapanewon Pleret, Bantul. Sigit juga terluka akibat gempa 2006 dan bagian mata kaki ke bawah tidak bisa digerakkan.
Meski mengalami keterbatasan, dirinya tetap berusaha mencari nafkah. Hampir setiap hari menyusuri jalanan wilayah DIY, menawarkan dagangannya kepada pemilik toko.
Sigit menceritakan, setelah gempa 2006 yang merenggut dua orang keluarganya, dia menjalani operasi di RS Swasta di Kota Yogyakarta. Lalu menjalani rehab di Yayasan Yakkum Sleman selama beberapa bulan.
Setelah itu dirinya sempat tidak bekerja, lalu berjualan makanan tradisional di Pasar Pleret, lalu menjual mainan anak di sekolah, dan terakhir memutuskan menjadi sales berbagai kebutuhan rumah tangga.
Motor matic diberi keranjang di belakangnya menemani hari-harinya. Dua kruk untuk menopang Sigit berjalan diletakkan di atas motor.
"Saat pandemi ya semua sepi, tetapi mau bagaimana lagi tetap bekerja," kata Sigit.
Keduanya tak mau menyerah meski dengan keterbatasan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.