Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

15 Tahun Gempa Yogya, Dua Sahabat Penyandang Disabilitas Tak Menyerah di Tengah Keterbatasan

Kompas.com - 27/05/2021, 20:32 WIB
Markus Yuwono,
Khairina

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com- Suara musik cukup keras menemani Imam Sibaweh (35) menggesut alat sablon di salah satu kamar rumah sederhana di Padukuhan Kwasen Rt 02, Kalurahan Srimartani, Kapanewon Piyungan, Bantul, DIY, Selasa (25/5/2021) siang.

Kain warna merah disablon tokoh Muhammad Ainun Nadjib atau biasa dikenal Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun atau Mbah Nun.

Di sampingnya ada sebuah komputer jinjing yang memajang gambar Cak Nun yang digunakan sebagai contoh. Tepat disampingnya ada sebuah kursi roda yang setiap saat siap diduduki. Saat Kompas.com menyapa, memanggil Imam, pria ramah itu guyon menunjuk salah seorang temannya yang kebetulan main di studinya.

"Enggak kok Mas, saya Imam," kata bapak 2 anak itu.

Baca juga: 15 Tahun Gempa Yogya, Guncangan 57 Detik Buat Warga Semakin Guyub

Sebelum bercerita, Imam sempat mengecilkan volume radio di samping kamar. Menggunakan kursi roda, dia lincah memasuki sudut rumah yang setiap kamar lantainya dibuat landai agar Imam mudah saat menggunakan kursi rodanya.

Lulusan Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) sekarang menjadi SMK N 3 Kasihan Bantul ini menceritakan gempa 2006 menyebabkan kedua kakinya tidak bisa merasakan dari lutut ke bawah.

Sebab, saat itu tubuhnya tertimpa bongkahan bangunan rumahnya. Sekitar rumahnya ada 48 orang meninggal, dan lainnya luka.

Saat itu, dirinya dirawat di RS Swasta di Kota Yogyakarta, dan melanjutkan rehabilitasi di Yayasan Yakkum, Sleman selama hampir dua tahun. Selesai rehabilitasi dirinya lantas bekerja di sebuah hotel bintang lima di Kota Yogyakarta hingga lima tahun (2007 sampai 2012).

Tak menyebut alasan berhenti secara gamblang, Imam mengaku selama bekerja kedinginan di ruangan ber-AC.

Lalu dirinya memulai usaha sablon bekerja sama dengan orang lain. Namun usaha itu tak berlangsung lama, asetnya habis dijual. Lalu dirinya melanjutkan menyablon sendiri di rumah, dan bekerja di sebuah LSM.

Nah disana dirinya bertemu dengan seorang perempuan yang dinikahinya tahun 2014 lalu. Dia memilih untuk mengundurkan diri karena merasa tak enak bekerja bersama istri di LSM tersebut.

"Setelah berhenti bekerja saya fokus nyablon," kata Imam.

Baca juga: Gempa Yogyakarta 2006 dalam Ingatan Mantan Bupati Bantul Idham Samawi

Usaha yang digelutinya pun lama kelamaan berkembang, dia bahkan sempat membagi menjadi lima tim untuk menyablon. Sebelum pandemi, pesanan kaos dari berbagai komunitas, yang terbesar komunitas motor itu pun cukup untuk menghidupi keluarganya.

Namun badai pandemi setahun terakhir menyebabkan pesanan menurun. Saat ini hanya beberapa pesanan kaos didapatnya perbulan.

"Ini saja saya buat kaos anak sisa kain pesanan sebelumnya," kata Imam

Di rumahnya dipajang hasil sablonan di etalase yang sudah cukup berdebu tanda tidak banyak orang yang datang. Beberapa kaos baru dijual Rp 50.000 bagi siapa saja yang ingin membeli.

Selama ini dirinya memasarkan sablonnya melalui Facebook pribadinya Imam Sibaweh dan instagram @go_baweh.

"Pesanan belum selancar sebelum pandemi, ya pokoknya berusaha saja. Sambil momong anak," kata dia.

Sambil memegang meja untuk menopangnya berdiri, Imam menggesut alat sablonnya. Dia juga bisa mengendarai motor roda tiga, bahkan bisa menyetir mobil.

Sambil menunjukkan video menyetir, Imam mengatakan, mobil tua Daihatsu Hijet 1000 dimodifikasi, bagian tongkat persneling diberi kopling tangan.

Gas dan rem juga dimodifikasi agar bisa ditekan menggukan bagian dengkulnya.

Saat berbincang, Imam juga memperkenalkan salah seorang teman saat rehabilitasi di Yakkum yang saat ini bekerja sebagai sales.

Baca juga: BPPTKG Sebut Gempa Yogyakarta 2006 Berpengaruh pada Aktivitas Gunung Merapi

 

Dia adalah Sigit Triyanta warga Kapanewon Pleret, Bantul. Sigit juga terluka akibat gempa 2006 dan bagian mata kaki ke bawah tidak bisa digerakkan.

Meski mengalami keterbatasan, dirinya tetap berusaha mencari nafkah. Hampir setiap hari menyusuri jalanan wilayah DIY, menawarkan dagangannya kepada pemilik toko.

Sigit menceritakan, setelah gempa 2006 yang merenggut dua orang keluarganya, dia menjalani operasi di RS Swasta di Kota Yogyakarta. Lalu menjalani rehab di Yayasan Yakkum Sleman selama beberapa bulan.

Setelah itu dirinya sempat tidak bekerja, lalu berjualan makanan tradisional di Pasar Pleret, lalu menjual mainan anak di sekolah, dan terakhir memutuskan menjadi sales berbagai kebutuhan rumah tangga.

Motor matic diberi keranjang di belakangnya menemani hari-harinya. Dua kruk untuk menopang Sigit berjalan diletakkan di atas motor.

"Saat pandemi ya semua sepi, tetapi mau bagaimana lagi tetap bekerja," kata Sigit.

Keduanya tak mau menyerah meski dengan keterbatasan. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dirundung, Puluhan Siswi SMA Wira Bhakti Gorontalo Lari dari Sekolah

Dirundung, Puluhan Siswi SMA Wira Bhakti Gorontalo Lari dari Sekolah

Regional
Dituding Lecehkan Gadis Pemohon KTP, ASN Disdukcapil Nunukan: Saya Tidak Melakukan Itu

Dituding Lecehkan Gadis Pemohon KTP, ASN Disdukcapil Nunukan: Saya Tidak Melakukan Itu

Regional
Longsor di Pinrang, Batu Seukuran Mobil dan Pohon Tumbang Tutupi Jalan

Longsor di Pinrang, Batu Seukuran Mobil dan Pohon Tumbang Tutupi Jalan

Regional
Transaksi Seksual di Balik Pembunuhan Gadis Muda Dalam Lemari di Cirebon

Transaksi Seksual di Balik Pembunuhan Gadis Muda Dalam Lemari di Cirebon

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Sedang

Regional
Lontaran Pijar Gunung Ibu Capai 1.000 Meter di Bawah Bibir Kawah

Lontaran Pijar Gunung Ibu Capai 1.000 Meter di Bawah Bibir Kawah

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang Ini Berawan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang Ini Berawan

Regional
Mati Terkena Tombak, Bangkai Paus Kerdil Terdampar di Botubarani

Mati Terkena Tombak, Bangkai Paus Kerdil Terdampar di Botubarani

Regional
Ibu Melahirkan di Ambulans karena Jalan Rusak, Dinkes Kalbar Bersuara

Ibu Melahirkan di Ambulans karena Jalan Rusak, Dinkes Kalbar Bersuara

Regional
[POPULER NUSANTARA] Pabrik Sepatu Bata di Karawang Tutup | Kades di Blora Tewas Tersengat Listrik

[POPULER NUSANTARA] Pabrik Sepatu Bata di Karawang Tutup | Kades di Blora Tewas Tersengat Listrik

Regional
Ketiduran Sambil Bawa Emas, Nenek 87 Tahun Jadi Korban Perampokan

Ketiduran Sambil Bawa Emas, Nenek 87 Tahun Jadi Korban Perampokan

Regional
Kemenkes Berikan Beasiswa Kedokteran Khusus untuk Anak Asli Natuna

Kemenkes Berikan Beasiswa Kedokteran Khusus untuk Anak Asli Natuna

Regional
Banjir Sembakung Jadi Perhatian Nasional, Pemda Nunukan Dapat Bantuan 213 Unit Rumah dari BNPP

Banjir Sembakung Jadi Perhatian Nasional, Pemda Nunukan Dapat Bantuan 213 Unit Rumah dari BNPP

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com