MADIUN, KOMPAS.com - Kebijakan larangan mudik berdampak terhadap omzet penjualan ketupat di Kota Madiun, Jawa Timur. Omzet penjualan ketupat anjlok hingga 50 persen.
“Biasanya dalam sehari kami memproduksi 2.000 ketupat matang. Namun Lebaran kali ini kami hanya memproduksi 1.000 ketupat saja karena sepinya pembeli,” ujar Totok Priyanto salah satu perajin ketupat di Kelurahan Manisrejo, Kota Madiun, Senin (17/5/2021).
Totok bersama perajin ketupat lainnya memanfaatkan momen Lebaran untuk meraup penghasilan. Selain memproduksi ketupat, para perajin juga memproduksi lepet, lontong, sayur matang, hingga opor ayam.
Ia mulai menggeluti jualan ketupat saat Lebaran sejak 2005. Totok menjual ketupat untuk mendapatkan tambahan penghasilan saat Lebaran.
Selain berjualan di kiosnya, ia juga menjual ketupat itu di beberapa pasar tradisional di Kota Madiun.
Baca juga: Tak Bawa Surat Keterangan Bebas Covid-19, Pemudik Mengular di Pelabuhan Bakauheni
Menurut Totok, para perajin ketupat selalu kebanjiran pesanan hingga kewalahan memproduksi ketupat saat menjelang Lebaran tahun sebelumnya.
Kini, permintaan ketupat sepi dan hanya melayani pembeli di sekitar Kota Madiun saja.
Kondisi itu sangat dirasakan penjual ketupat dua hari menjelang Lebaran. Biasanya dua hari menjelang Lebaran, pemudik atau perantauan yang baru pulang dari kota-kota besar memborong ketupat.
Namun, setelah pemberlakuan larangan mudik, tak ada lagi pemudik yang membeli ketupat di kios Totok. Padahal satu ketupatnya terbilang dijual murah.
“Saat ini pembeli rata-rata warga yang tinggal di perumahan,” ungkap Totok.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.