Bandiman mengakui ada kesalahan yang dia buat, namun bisa menjadi pelajaran bagi semua pihak.
Pada hari yang naas itu, Bandiman menerima pesanan pengiriman barang namun secara offline yang sebetulnya dilarang oleh perusahaan tempatnya bekerja sebagai ojek online
Namun dia tak enak hati menolak permintaan tersebut, apalagi saat itu sedang sepi orderan.
Belum lagi selama pandemi penghasilannya menurun drastis dari Rp 300.000 menjadi Rp 100.000.
"Sebenarnya nggak boleh (aplikasi offline). Kan saya panggilan hati. Ya saya enggak munafik juga butuh duit," kata mantan pegawai tambang itu.
Bahkan pemesan misterius itu memberikan Rp 30.000 sebagai ongkos, lebih banyak dari biaya yang dia patok, yakni Rp 25.000.
Baca juga: Iwa Sering Berkata ke Ibu, Kalau Kapal Selam di Indonesia Sudah Berusia Tua
Perempuan itu mengirimkan paket kepada Tomi yang tinggal di Kasihan, Bantul.
Namun Tomi enggan menerima paket karena merasa tidak memesannya.
Makanan itu dia bawa pulang dan berujung pada kematian anak keduanya, Naba.
"Ini jadi pelajaran bagi rekan ojol kalau menerima orderan fiktif diteliti lebih lanjut. Supaya tidak menimpa rekan ojol yang lain," kata dia.
Dia pun menyerahkan kasus kepada seorang pengacara yang juga suami dari guru sekolah Naba.
"Ya harapan keluarga semoga kasus ini diselesaikan tuntas jangan sampai berhenti di tengah jalan," kata Bandiman
Kasat Reskrim Polres Bantul AKP Ngadi mengimbau agar masyarakat, terutama pengemudi ojek untuk berhati-hati saat menerima paket yang tidak jelas.
Polisi saat ini masih melakukan pencarian terhadap wanita yang mengirimkan takjil maut itu.
Berdasarkan hasil laboratorium, takjil ternyata mengandung racun jenis C yang dapat dengan mudah didapatkan oleh masyarakat.
(KOMPAS.com/Markus Yuwono)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.