Julius mengatakan pencarian dilakukan di perairan Bali Utara dengan kedalaman sekitar 700 meter.
TNI AL juga telah mengirimkan distres ISMERLO ( International Submarine Escape and Rescue Liaison officer). Keterangan lain menyebutkan terdapat tumpahan minyak di lokasi kontak terakhir.
Baca juga: Saya Masih Yakin Kapal Nanggala Ketemu, dan Anak Saya Bisa Pulang
Ketika ditanya mengapa bisa hilang, Julius mengatakan, "Kapal ini sudah 40 tahun lebih, dengan risiko tekanan yang cukup besar, materialnya cukup bisa lelah."
KRI Nanggala 402 dibuat di HDW (Howaldtswerke Deutsche Werft) Jerman pada 1977 dan mulai digunakan pada 1981, dengan kecepatan jelajah 21,5 knot.
Tercatat KRI Nanggala beberapa kali melaksanakan pemeliharaan dan overhaul di Jerman, PT. Pal dan terakhir di Korea Selatan pada tahun 2007 hingga 2012.
Kapal selam ini hilang kontak ketika tengah latihan penembakan senjata strategi di perairan Selat Bali.
Baca juga: Keluarga Awak KRI Nanggala-402 Gelar Doa Setiap Hari Sampai Kapal Selam Itu Ditemukan
Dalam jumpa pers pada Kamis (22/4/2021), Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayjen Achmad Riad, mengatakan KRI Nanggala melaksanakan penyelaman pada pukul 03.46 waktu setempat
Kemudian pada pukul 04.00, kapal tersebut melaksanakan penggenangan peluncur torpedo no. 8. Aksi ini, menurut Mayjen Achmad Riad, adalah komunikasi terakhir dengan KRI Nanggala.
Pada pukul 04.25 saat Komandan Gugus Tugas Latihan akan memberikan otorisasi penembakan torpedo, komunikasi dengan Nanggala sudah terputus.
Baca juga: Mertua Komandan KRI Nanggala-402: Minta Doanya, Kami Berharap yang Terbaik...
Kecelakaan kapal selam di dunia militer termasuk jarang, kata Muhammad Haripin, pengamat pertahanan LIPI.
Peralatan militer punya standar yang lebih tinggi dibandingkan produk komersial atau produk sipil, katanya.
Haripin mengatakan ada dua faktor penyebab kecelakaan kapal selam.
Baca juga: Sejak Awal, Saya Selalu Diberi Tahu Tentang Risiko Pekerjaan Suami, Jadi Harus Siap, tapi...
"Yang pertama, kendala teknis. Mungkin ada kerusakan teknis yang tidak terdeteksi atau yang dibiarkan berlarut-larut. Yang kedua, human error, atau faktor manusia," kata Haripin.
"Bisa jadi, personel kurang latihan atau dihadapkan pada medan atau lapangan yang menantang atau tidak lazim," tambahnya.
Beberapa negara sudah merespons dan siap memberikan bantuan termasuk dari AL Singapura, AL Australia, dan AL India.
Baca juga: KSAL: Belum Ada Bukti Autentik KRI Nanggala-402 Tenggelam