KOMPAS.com - Selagi operasi pencarian KRI Nanggala 402 digencarkan, keluarga para awak kapal selam tersebut masih menunggu kepastian.
Ratih Wardhani mengaku "menunggu dan berdoa" atas nasib kakaknya, Mayor Laut Wisnu Subiyantoro, yang merupakan satu di antara 53 awak kapal selam tersebut.
Menurut Ratih, kakaknya terakhir berjumpa dengan dua anak dan istrinya di Surabaya sebelum pergi berlayar pada Senin (19/4/2021).
"Kami semua masih syok," sebutnya kepada BBC Indonesia.
Baca juga: Pesan WhatsApp Istri yang Tak Terkirim ke Serda Diyut: Semoga KRI Nanggala Ditemukan Selamat
Ratih kini berencana bertolak dari rumahnya di Kebumen, Jawa Tengah, ke Surabaya untuk mendampingi kakak iparnya dan kedua keponakannya sekaligus menunggu kepastian nasib Mayor Laut Wisnu Subiyantoro.
Sebelum menjadi awak KRI Nanggala, pria kelahiran 24 Agustus 1971 itu merupakan awak KRI Cakra—kapal selam serupa yang juga dibuat di HDW (Howaldtswerke Deutsche Werft) Jerman.
Dia memulai pendidikan Sekolah Calon Bintara TNI AL sekitar 1989, kemudian dilanjutkan ke Sekolah Calon Perwira.
Baca juga: Berpacu dengan Waktu, 72 Jam untuk TNI Selamatkan 53 Awak KRI Nanggala-402 yang Hilang Kontak
Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Laksamana Yudo Margono, mengungkapkan bahwa KRI Nanggala 402 memiliki persediaan oksigen untuk 72 jam ke depan, atau sekitar tiga hari setelah hilang kontak.
"Jadi bila hilang kontak kemarin jam 3 jadi sampai hari Sabtu jam 3 cadangan oksigen masih ada," kata KSAL dalam jumpa pers bersama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, dan Kepala Kepolisian RI Jenderal Listyo Sigit Prabowo di Badung, Bali Kamis (22/4/2021).
Baca juga: Sejumlah Upaya Pemerintah dalam Mencari Kapal Selam KRI Nanggala
KSAL mengungkapkan bahwa KRI Nanggala 402 sebelum hilang kontak tengah mengikuti latihan penembakan rudal dan torpedo. Latihan yang digelar TNI AL itu diikuti 21 kapal KRI, 5 pesawat dan 2 kapal selam, termasuk KRI Nanggala 402.
Namun, sejak hilangnya kapal selam dengan 53 awak itu, latihan dihentikan dan kini semuanya terfokus pada pencarian.
Sebelumnya, dalam jumpa pers Kamis pagi (22/4/2021), Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayjen Achmad Riad, mengatakan sebanyak lima kapal perang dan satu helikopter TNI AL sedang melaksanakan operasi pencarian.
Baca juga: KSAL Ungkap 2 Kemungkinan soal Tumpahan Minyak di Lokasi Hilang Kontaknya KRI Nanggala-402
KRI Rigel 933 yang merupakan kapal survei hydro oseanografi juga sedang menuju lokasi. Kapal ini memiliki kemampuan deteksi bawah air.
Kapal ini juga yang digunakan untuk beberapa operasi SAR yang lalu, seperti saat kejadian jatuhnya pesawat Lion Air di Tanjung Karawang dan Sriwijaya Air di Kepulauan Seribu.
KRI Rigel, menurut Mayjen TNI Achmad Riad, diperkirakan tiba di lokasi pada Jumat (23/4/20210) pukul 11.00 WITA.
TNI juga telah menerima bantuan dari Singapura dan Malaysia.
Singapura akan mengutus kapal penyelamat kapal selam yang mengalami kendala di bawah air. Kapal Swift Rescue ini diperkirakan tiba di lokasi pada Sabtu (24/4/2021).
Adapun Malaysia akan mengirimkan Kapal Rescue Mega Bakti yang diperkirakan tiba Senin (26/4/2021).
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) juga akan membantu pencarian dengan mengerahkan gabungan BPPT, Basarnas dan P3GL (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan) dengan menggunakan kapal Basarnas.
Baca juga: Doa Istri Awak KRI Nanggala-402: Semoga Serda Diyut dan ABK Semuanya Cepat Ditemukan...
Temuan serupa dilaporkan KRI REM 331 pada area seluas 150 m persegi.
Keterangan dari TNI AL menyebutkan analisa sementara menunjukkan, "kemungkinan saat menyelam statis terjadi black out (atau mati listrik) sehingga kapal tidak terkendali dan tidak melakukan prosedur kedaruratan sehingga kapal jatuh pada kedalaman 600-700 meter.
Di seputar area tenggelam menunjukkan "kemungkinan terjadinya tumpahan minyak di sekitar area tenggelam, kemungkinan terjadi kerusakan tangki BBM (retak) karena tekanan air laut atau pemberian sinyal posisi dari KRI NGL-402."
Baca juga: Ikut Pencarian KRI Nanggala-402, Kapal SAR Antasena Basarnas Tiba di Pelabuhan Banyuwangi
Akan tetapi, berdasarkan keterangan Kapuspen TNI, Mayjen Achmad Riad, temuan tersebut "belum dapat disimpulkan sebagai bahan bakar kapal selam".
Ditambahkannya, KRI REM 331 mendeteksi pergerakan di bawah air dengan kecepatan 2.5 knots.
"Kontak tersebut kemudian hilang, sehingga masih tidak cukup data untuk mengidentifikasi kontak dimaksud sebagai kapal selam," papar Mayjen Achmad Riad.
Sebelumnya, Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama Julius Widjojono mengungkapkan kepada BBC News Indonesia bahwa pencarian tidak akan berhenti dan akan dilakukan 24 jam.
Baca juga: Doa Istri Awak KRI Nanggala-402: Semoga Serda Diyut dan ABK Semuanya Cepat Ditemukan...
Julius mengatakan pencarian dilakukan di perairan Bali Utara dengan kedalaman sekitar 700 meter.
TNI AL juga telah mengirimkan distres ISMERLO ( International Submarine Escape and Rescue Liaison officer). Keterangan lain menyebutkan terdapat tumpahan minyak di lokasi kontak terakhir.
Baca juga: Saya Masih Yakin Kapal Nanggala Ketemu, dan Anak Saya Bisa Pulang
Ketika ditanya mengapa bisa hilang, Julius mengatakan, "Kapal ini sudah 40 tahun lebih, dengan risiko tekanan yang cukup besar, materialnya cukup bisa lelah."
KRI Nanggala 402 dibuat di HDW (Howaldtswerke Deutsche Werft) Jerman pada 1977 dan mulai digunakan pada 1981, dengan kecepatan jelajah 21,5 knot.
Tercatat KRI Nanggala beberapa kali melaksanakan pemeliharaan dan overhaul di Jerman, PT. Pal dan terakhir di Korea Selatan pada tahun 2007 hingga 2012.
Kapal selam ini hilang kontak ketika tengah latihan penembakan senjata strategi di perairan Selat Bali.
Baca juga: Keluarga Awak KRI Nanggala-402 Gelar Doa Setiap Hari Sampai Kapal Selam Itu Ditemukan
Kemudian pada pukul 04.00, kapal tersebut melaksanakan penggenangan peluncur torpedo no. 8. Aksi ini, menurut Mayjen Achmad Riad, adalah komunikasi terakhir dengan KRI Nanggala.
Pada pukul 04.25 saat Komandan Gugus Tugas Latihan akan memberikan otorisasi penembakan torpedo, komunikasi dengan Nanggala sudah terputus.
Baca juga: Mertua Komandan KRI Nanggala-402: Minta Doanya, Kami Berharap yang Terbaik...
Kecelakaan kapal selam di dunia militer termasuk jarang, kata Muhammad Haripin, pengamat pertahanan LIPI.
Peralatan militer punya standar yang lebih tinggi dibandingkan produk komersial atau produk sipil, katanya.
Haripin mengatakan ada dua faktor penyebab kecelakaan kapal selam.
Baca juga: Sejak Awal, Saya Selalu Diberi Tahu Tentang Risiko Pekerjaan Suami, Jadi Harus Siap, tapi...
"Yang pertama, kendala teknis. Mungkin ada kerusakan teknis yang tidak terdeteksi atau yang dibiarkan berlarut-larut. Yang kedua, human error, atau faktor manusia," kata Haripin.
"Bisa jadi, personel kurang latihan atau dihadapkan pada medan atau lapangan yang menantang atau tidak lazim," tambahnya.
Beberapa negara sudah merespons dan siap memberikan bantuan termasuk dari AL Singapura, AL Australia, dan AL India.
Baca juga: KSAL: Belum Ada Bukti Autentik KRI Nanggala-402 Tenggelam
Panglima TNI Hadi Tjahjanto mengatakan seperti dikutip sejumlah laporan, seluruh kapal pencari dikerahkan untuk melacak KRI Nanggala-402.
Kapal selam KRI Nanggala 402 adalah satu dari lima kapal selam yang dimiliki Indonesia.
Kapal selam ini sempat diperbarui dan dilengkapi lagi selama dua tahun di Korea Selatan dan selesai pada 2012, menurut kantor berita Reuters.
Kecelakaan kapal selam pernah terjadi pada 2017 di Argentina di selatan Samudra Atlantik dengan 44 awak.
Puing-puing kapal ditemukan setahun kemudian dan para pejabat memastikan kapal selam itu pecah karena tekanan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.