Berbagai konflik keluarga mewarnai Majapahit setelah masa kepemimpinan Hayam Wuruk, dan berkontribusi pada runtuhnya kerajaan yang didirikan oleh Raden Wijaya.
Menurut Nino Oktorino dalam "Hikayat Majapahit; Kebangkitan dan Keruntuhan Kerajaan Terbesar di Nusantara (2020)", ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan Majapahit surut hingga kemudian runtuh.
Di antara penyebabnya, yakni perang Paregreg. Perang ini melibatkan antara Bhre Wirabhumi dan Wikramawardhana, sesama kerabat kerajaan.
Wikramawardhana merupakan menantu sekaligus keponakan Hayam Wuruk. Dia diangkat menjadi raja Majapahit menggantikan Hayam Wuruk pada 1389 masehi.
Pengangkatan Wikramawardhana sebagai pemimpin Majapahit ditentang oleh Bhre Wirabhumi, putra Hayam Wuruk dari seorang selir.
Perselisihan itu akhirnya memuncak. Terjadi peperangan antara Wikramawardhana dengan Bhre Wirabhumi pada 1404 - 1406 masehi.
Wikramawardhana berhasil mengalahkan Bhre Wirabhumi. Namun, kemenangan itu tidak mampu mengentaskan Majapahit dari kemerosotan.
Dalam periode kepemimpinan Wikramawardhana, banyak daerah di wilayah kekuasaan Majapahit yang melepaskan diri tanpa bisa dicegah.
Pengaruh Majapahit yang terus melemah atas daerah-daerah kekuasaannya, diperparah dengan terjadinya wabah kelaparan pada 1426 masehi.
Belum lagi konflik antar keluarga kerajaan semasa Wikramawardhana memimpin Majapahit pada 1389 - 1429 masehi, membuat Majapahit memasuki periode suram.
"Perselisihan yang berkepanjangan pun semakin kerap terjadi diantara anggota keluarga kerajaan," demikian tulis Nino.
Selain faktor internal, keruntuhan Majapahit juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, yakni menguatnya pengaruh Dinasti Ming dan beberapa daerah bekas bawahan Majapahit.
Setelah Wikramawardhana, Majapahit dipimpin oleh Suhita yang memerintah pada 1429 hingga 1447 masehi. Dia digantikan Sri Kertawijaya (1447-1451 masehi).
"Setelah pemerintahan Kertawijaya tidak ada lagi informasi mengenai para penguasa yang berasal dari dinasti Rajasa. Kemungkinan telah terjadi kudeta yang dilakukan oleh cabang lain keluarga kerajaan," ungkap Nino.
Catatan sejarah mengungkap beberapa nama yang menjadi pemimpin Majapahit setelah Kertawijaya.