Dia mengungkapkan, selama ekskavasi yang dilakukan sejak 2019 hingga awal 2021, ditemukan berbagai jenis benda purbakala dari Tiongkok pada masa dinasti Song abad ke-11, serta benda-benda dari masa dinasti Yuan, abad ke-13 hingga ke-14.
Secara keseluruhan, kata Wicaksono, berbagai temuan lepas berupa uang logam dan porselen dari Tiongkok lebih banyak berasal dari masa dinasti Yuan.
Kemudian dari struktur bangunan petirtaan, termasuk beberapa arca Jaladwara yang ditemukan, lebih banyak didominasi dari era Majapahit.
"Dari temuan Jaladwara, tidak ada yang sama. Jaladwara yang kecil-kecil bisa disandingkan dengan Jaladwara di Candi Tikus. Sedangkan yang besar, coraknya lebih mengarah ke gaya Kediri," ujar dia.
Menurut Wicaksono, untuk memastikan periode pembangunan petirtaan kuno di Sumberbeji, maupun fungsinya masih diperlukan bukti dan data pendukung.
Bukti arkeologis dan data yang tersedia saat ini masih belum cukup untuk membangun narasi dan konteks besar keberadaan Situs Petirtaan Sumberbeji maupun fungsinya di masa lalu.
Ditemukan
Situs Petirtaan Sumberbeji ditemukan di wilayah Kabupaten Jombang, tepatnya di Dusun Sumberbeji, Desa Kesamben, Kecamatan Ngoro.
Lokasinya berjarak belasan kilometer dari Situs Candi Tikus, maupun beberapa situs peninggalan Majapahit di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, berdasarkan pengukuran citra satelit.
Wicaksono menjelaskan, Situs Petirtaan di Sumberbeji merupakan penemuan besar benda purbakala pada 2019, meski belum ada interpretasi utuh terhadap situs tersebut.
Namun demikian, tak ada keraguan dari dia untuk menyatakan bahwa Petirtaan Sumberbeji menjadi bukti arkeologis tingginya peradaban pada periode pembangunan petirtaan.
Lokasi petirtaan berada di sebelah selatan Kabupaten Jombang, berjarak sekitar 14 kilometer dari pusat pemerintahan Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Petirtaan kuno di Sumberbeji berada di lahan milik Desa Kesamben, di tengah area persawahan, dikelilingi pepohonan berusia tua.
Dulunya, tempat ditemukannya petirtaan dikenal sebagai tempat yang cukup angker dan dikeramatkan oleh warga sekitar.
Seiring dengan selesainya ekskavasi pada awal 2021, BPCB Jawa Timur mempersilahkan pihak Pemdes Kesamben untuk memanfaatkannya sebagai destinasi wisata.
Sejak Sabtu (27/3/2021), BPCB Jawa Timur dan Pemdes Kesamben melakukan normalisasi air di dalam petirtaan memanfaatkan mesin pompa.
Dengan demikian, penampakan kolam kuno yang megah itu bisa dilihat para pengunjung yang ingin melihat bagaimana kemegahan Petirtaan Sumberbeji.
"Setiap hari akan dilakukan normalisasi menggunakan pompa agar petirtaan tidak tenggelam dan bisa dilihat oleh pengunjung yang datang ke sini," kata Wicaksono, saat ditemui Kompas.com di Sumberbeji.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.