Anas mengklaim bio gas dari bangkai tikus memiliki kelebihan dibanding bio gas dari kotoran ternak sapi atau lainnya.
"Jika bio gas dari kotoran ternak harus terus diisi dengan kotoran baru untuk menghasilkan gas tambahan, bio gas dari bangkai tikus ini tidak," kata Anas.
Saat ini Anas mengembangkan bio gas bangkai tikusnya dalam tiga bak beton raksasa dengan diameter 2x2x3 meter.
Bak beton tersebut dibuat khusus untuk menampung bio gas yang kerap ia buang percuma, karena bak penampungan atau tempat permentasi bangkai tikus untuk produksi pupuk cair buatannya, bisa meledak atau pecah jika tekanan gas yang tinggi atau melebihi ambang batas.
Untuk itu, Anas berupaya mengolah bio gas kreasinya untuk kepentingan rumah tangga. Ia sedang merancang pipa-pipa gas dari bak penampungannya ke pondok-pondok petani di sekitarnya.
Ia juga merancang tempat khusus, agar bio gas bangkai tikusnya bisa diperjualbelikan layaknya tabung gas elpiji 3 Kg.
Sejumlah civitas akademika, hingga pejabat, tertarik melihat kreasi Anas. Padahal, Anas hanyalah petani lulusan SMP.
Kamaruddin mengaku kini terus mendorong setiap kelompok tani agar terus melakukan inovasi-inovasi pertanian yang baru dalam meningkatkan produksi dan nilai tambah bagi petani lainnya
“Saya Bangga, pemerintah setempat tentu saja terus mendorong bagaimana lahir petani-petani milenial seperti pak Anas yang banyak menginspirasi tidak hanya petani lokal tapi juga luar daerah," katanya.
"Terbukti banyak petani dari luar datang menduplikasi karya Pak Anas di tempat lain. Penemuan bio gas ini luar biasa, selain mengolah bangkai tikus jadi pupuk yang subur dan kaya unsur hara yang dibutuhkan tanaman,” jelas Kamaruddin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.