Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

1.200 Peluru Peninggalan Konfrontasi RI-Malaysia Ditemukan di Hutan Kaltara

Kompas.com - 07/02/2021, 16:44 WIB
Ahmad Dzulviqor,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

NUNUKAN, KOMPAS.com– Sebanyak 1.201 peluru kaliber 7,61 milimeter ditemukan di hutan Kecamatan Lumbis, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, Sabtu (6/2/2021).

Lokasi penemuan berjarak sekitar 5 kilometer dari Pos Jaga Satuan Tugas Pengaman Perbatasan (Satgas Pamtas) RI – Malaysia.

Tempat itu diduga sebagai salah satu jalur dropping pasukan Ghurka, saat konfrontasi Indonesia – Malaysia pada 1965.

"Yang kita temukan, lot pelurunya bertuliskan IKA, dan kita duga itu buatan NATO, karena kalau peluru TNI ada logo PT Pindad," kata Komandan Satgas Pamtas RI – Malaysia Batalyon Pertahanan Udara (Yonarhanud) 16/Sula Bhuana Cakti/3 KOSTRAD Mayor Arh Drian Priyambodo, Minggu (7/2/2021).

Baca juga: Banjir Rendam Bengkayang Kalbar, Akses Utama ke Perbatasan Negara Nyaris Putus

Bahkan, tidak menutup kemungkinan di lokasi perbukitan tersebut, masih mengubur amunisi tajam dan senjata, yang diduga peninggalan peristiwa konfrontasi RI–Malaysia.

"Menurut informasi yang kami terima, memang di sekitar situ banyak ditemukan peluru tajam aktif," imbuhnya.

Ditemukan pemburu

Temuan amunisi aktif, dilaporkan oleh tiga orang warga sekitar saat mereka hendak memasang jerat binatang buruan berupa babi dan rusa.

"Ceritanya, para pemburu ini menggali tanah untuk memasang jerat, sebagai jebakan binatang buruan, baru saja tergali sedalam 40 sentimeter, mereka menemukan 10 amunisi aktif itu," lanjutnya.

Baca juga: Soroti Situasi Pengamanan Perbatasan, Anggota Komisi I Minta Kominfo Prioritaskan Pembangunan BTS

Kedekatan masyarakat perbatasan dengan prajurit TNI, menjadikan mereka berinisiatif datang ke Pos Satgas Pamtas dan melaporkan temuan tersebut.

Saat prajurit mencoba menggali lebih dalam, ditemukan kembali ribuan amunisi yang diduga menjadi peluru senapan semi otomatis tersebut.

"Total kita temukan 1.201 amunisi, itu masih aktif dan berbahaya, apalagi di wilayah kita, banyak senapan rakitan jenis penabur, kalau diameter lubang senapan sesuai dengan ukuran amunisi yang kita temukan, ditakutkan digunakan masyarakat," imbuhnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com