Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perayaan Imlek Ditiadakan, Perajin untuk Persembahan Tetap Berkarya

Kompas.com - 02/02/2021, 15:49 WIB
Dian Ade Permana,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

SALATIGA, KOMPAS.com - Perayaan Tahun Baru Imlek tahun ini digelar tanpa ada atraksi barongsai dan kegiatan yang bersifat pengumpulan massa.

Untuk kegiatan beribadah pun dilakukan dengan cara virtual untuk mengurangi potensi penularan Covid-19.

Pdt.My Iman Bintoro dari rumah ibadah Cetiya Xiu Fa Thang mengatakan tanpa adanya gebyar tersebut, maka bisa dimanfaatkan untuk merenung dan intropeksi diri.

"Ini memang sedang pandemi, jadi tidak ada masalah tanpa pawai. Karena itu sifatnya juga hiburan," jelas Iman, Selasa (2/2/2021) saat ditemui.

Baca juga: Perayaan Imlek di Jateng Ditiadakan, Ganjar Minta Ibadah Digelar Virtual

Iman mengatakan, dengan adanya larangan untuk menggelar keramaian, maka diharapkan bisa menekan penyebaran Covid-19.

"Tapi, meski tidak boleh melakukan keramaian, kita harus tetap produktif dan berkarya," jelasnya.

Dia pun selama ini membuat kerajinan rumah-rumahan atau yang biasa disebut Kou Coa.

Kerajinan ini biasa dipersembahkan dalam tradisi Co Kong Tek untuk anggota keluarga yang sudah meninggal.

Iman menjadi satu-satunya perajin Kou Coa di Salatiga selama 20 tahun ini.

Baca juga: Perayaan Imlek 2572 di Kota Semarang Tanpa Barongsai dan Pasar Semawis

"Pengiriman Kou Coa ini dilakukan pada 49 atau 100 hari setelah meninggalnya anggota keluarga. Selain replika rumah, diisi juga dengan penghuni, komplet seperti rumah asli," terangnya.

Diungkapkan, setelah dilakukan doa bersama, selanjutnya replika tersebut dibakar dan abunya dilarung.

Doa bersama itu dilakukan untuk memohonkan maaf atas kesalahan mendiang semasa hidup di dunia.

Baca juga: Pandemi Covid-19, Parade Tatung di Perayaan Cap Go Meh Kota Singkawang Ditiadakan

Iman mengatakan proses pembuatan Kou Coa ini membutuhkan waktu setidaknya satu pekan.

"Kalau pesanan, sudah ada dari berbagai wilayah di Jawa Tengah. Soal harga, tergantung kemampuan dari keluarga mendiang. Tujuan utamanya adalah melestarikan kebudayaan," paparnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com