YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Di teras rumah Ruyanto, warga Kalurahan Karangrejek, Kapanewon Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta, ada ratusan terompet setengah jadi.
Ratusan terompet itu dibuat dari sisa bahan tahun lalu. Hanya empat terompet yang bisa dibunyikan, itu pun dibungkus plastik untuk menghindari kontak.
Tahun ini memang tak seperti sebelumnya. Biasanya, rumah berbentuk limasan itu dipenuhi terompet.
Pedagang lalu lalang di rumahnya untuk mengambil terompet buatan Ruyanto. Kini, penampakan itu hanya bisa dilihat dari video yang tersimpan di ponsel Ruyanto.
Dalam beberapa bulan terakhir, Ruyanto baru menjual tiga terompet. Jumlah yang sangat sedikit dibanding tahun lalu.
Baca juga: ASN Jember Nyatakan Mosi Tidak Percaya ke Bupati Faida, Khofifah Utus Pejabat Pemprov
"Biasanya dua bulan sebelum Desember itu saya sudah membuat 10.000 sampai 15.000 terompet," kata Ruyanto saat ditemui di rumahnya, Rabu (30/12/2020).
Menurutnya, belasan ribu terompet itu dibeli para pedagang di seluruh Gunungkidul.
"Tahun ini baru laku tiga terompet, itu pun ada anak yang kebetulan meminta dibeliin," ucap Ruyanto.
Di tengah hujan yang sangat deras, pria yang akrab disapa Yanto itu menunjukkan aktivitas pembuatan terompet di rumahnya tahun lalu.
Terlihat beberapa pekerja membuat terompet di dalam dan teras rumah.
Tahun ini, dari 12 pekerja yang membantunya, hanya tersisa enam orang yang bekerja membuat dan mengemas mainan anak.
Yanto sengaja membuat terompet dari sisa bahan tahun lalu. Dari ratusan terompet, hanya empat yang diselesaikan sempurna dan bisa dibunyikan.