Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pembuat Terompet Saat Pandemi, Baru Laku 3 Buah, Biasanya Bisa Jual Belasan Ribu

Kompas.com - 30/12/2020, 19:23 WIB
Markus Yuwono,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Di teras rumah Ruyanto, warga Kalurahan Karangrejek, Kapanewon Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta, ada ratusan terompet setengah jadi.

Ratusan terompet itu dibuat dari sisa bahan tahun lalu. Hanya empat terompet yang bisa dibunyikan, itu pun dibungkus plastik untuk menghindari kontak.

Tahun ini memang tak seperti sebelumnya. Biasanya, rumah berbentuk limasan itu dipenuhi terompet.

Pedagang lalu lalang di rumahnya untuk mengambil terompet buatan Ruyanto. Kini, penampakan itu hanya bisa dilihat dari video yang tersimpan di ponsel Ruyanto.

Dalam beberapa bulan terakhir, Ruyanto baru menjual tiga terompet. Jumlah yang sangat sedikit dibanding tahun lalu.

Baca juga: ASN Jember Nyatakan Mosi Tidak Percaya ke Bupati Faida, Khofifah Utus Pejabat Pemprov

"Biasanya dua bulan sebelum Desember itu saya sudah membuat 10.000 sampai 15.000 terompet," kata Ruyanto saat ditemui di rumahnya, Rabu (30/12/2020).

Menurutnya, belasan ribu terompet itu dibeli para pedagang di seluruh Gunungkidul.

"Tahun ini baru laku tiga terompet, itu pun ada anak yang kebetulan meminta dibeliin," ucap Ruyanto.

Di tengah hujan yang sangat deras, pria yang akrab disapa Yanto itu menunjukkan aktivitas pembuatan terompet di rumahnya tahun lalu.

Terlihat beberapa pekerja membuat terompet di dalam dan teras rumah.

Tahun ini, dari 12 pekerja yang membantunya, hanya tersisa enam orang yang bekerja membuat dan mengemas mainan anak.

Buat terompet dari bahan tahun lalu

Yanto sengaja membuat terompet dari sisa bahan tahun lalu. Dari ratusan terompet, hanya empat yang diselesaikan sempurna dan bisa dibunyikan.

 

Sisanya tak bisa digunakan karena dirinya khawatir kasus Covid-19 masih tinggi. Padahal, terompet berkaitan dengan mulut.

Pria yang telah tujuh tahun membuat terompet ini tak mau berspekulasi membuat terompet dalam jumlah besar, karena dirinya mendengar larangan perayaan tahun baru.

Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, Yanto berjualan mainan anak yang dibeli dari Solo, Jawa Tengah.

Mainan itu dikemas ulang dan dititipkan di warung.

Baca juga: Cerita Perajin Terompet Tahun Baru di Tengah Pandemi: Enggak Ada Satu Pun yang Terjual

"Omset mainan sedang turun mas, perbandingannya dulu omset satu sales, sekarang itu omset tiga sales. Ya bersyukur saja masih bisa makan," ucap dia.

Keputusan Yanto tak membuat terompet memang beralasan, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul melarang aktivitas warga selama malam pergantian tahun.

Bupati Gunungkidul Badingah mengeluarkan surat edaran tentang penutupan objek wisata saat malam pergantian tahun.

Kapolres Gunungkidul, AKBP Agus Setiawan mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk membantu pemerintah dalam mencegah kerumunan. Adapun dasar penindakan mengacu pada maklumat Kapolri serta instruksi dari Gubernur DIY.

"Kami siap menindak tegas dengan membubarkan kerumunan pada saat malam pergantian tahun," katanya.

 

Untuk pengamanan, dirinya telah menyiapkan personel di tingkat polres hingga polsek.

Selain itu, aktivitas warga juga dibatasi mulai pukul 20.00 WIB.

Pihaknya akan menggelar patroli agar kebijakan ini bisa diterapkan dengan maksimal. Jika ada warga yang beraktivitas lebih dari jam 22.00 WIB maka akan diminta pulang.

Baca juga: Pemprov Jatim Imbau Kepala Daerah Terapkan Jam Malam Selama 11 Hari, Ini Alasannya...

Polres Gunungkidul juga telah berkoordinasi dengan Pemkab dan pelaku usaha terkait penerapan aturan itu.

"Kami tidak akan mengeluarkan izin keramaian. Dari beberapa koordinasi juga ada komitmen untuk tidak menggelar perayaan saat malam tahun baru," kata Agus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com