Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Neneknya Suspect Covid-19, Bocah 9 Tahun Ini Harus Karantina Sendiri di Rumah

Kompas.com - 21/12/2020, 15:43 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana,
Khairina

Tim Redaksi

"Mereka diperingatkan oleh petugas rumah sakit, sebab penunggu pasien hanya boleh satu orang. Iren diminta pulang karena dia masih anak-anak," ungkap Yuyun.

Baca juga: 705 Pasien Covid-19 Tanpa Gejala di Sleman Jalani Isolasi Mandiri di Rumah

Iren diantar pulang oleh pamannya pada Selasa (17/12/2020). Rupanya Iren cukup mengerti kalau dia harus isolasi mandiri sehingga tidak boleh keluar rumah. Beruntung Iren diberi HP oleh pamannya sehingga masih berkomunikasi dengan pamannya.

Yuyun menambahkan, selama ini Iren hidup terpisah dengan ayah kandungnya. Ibunya sudah meninggal dunia karena luka bakar di kampung halaman mereka di Pulau Nias.

Kakaknya yang berusia 12 tahun serta adiknya yang berusia 8 tahun tinggal dengan ayahnya di Pulau Nias.

Kehidupan mereka yang pas-pasan membuat Amoni dan Siti Zama memutuskan untuk merantau ke Pulau Jawa, tepatnya di Kabupaten Magelang.

Mereka mengajak Iren yang saat itu masih berusia 2 tahun. Mereka mengontrak rumah dengan harga Rp 3 juta per tahun. 

"Sehari-hari neneknya jualan kue bolang-baling naik sepeda, kadang Iren ikut, karena di rumah sendiri. Kalau pas keliling itu, Iren lihat ada rumah yang sedang menyalakan televisi, ia pasti berhenti untuk menonton (dari luar) walapun sebentar. Karena sehari-hari tidak punya televisi," katanya.

Kisah Iren menyebar di masyarakat, sehingga bantuan untuk Iren berdatangan. Melalui program Jogo Tonggo, para tetangga dan pemerintah desa setempat mencukupi makanan dan kebutuhan sehari-dari Iren dan pamannya.

Bantuan-bantuan itu ada yang diberikan langsung, ada juga yang cukup digantungkan di pagar depan rumah. Bahkan, ada juga yang memberi bantuan televisi karena ternyata selama ini keluarga Iren tidak memilikinya. 

"Sekarang Iren sudah ditemani pamannya, tidak sendiri lagi, dan sudah punya televisi. Kami tentu lega, bersyukur, karena tetangga dan masyarakat sudah peduli," tutur Yuyun.

 

Natal sederhana

Amoni mengaku tidak menyangka perhatian warga sekitar begitu besar. Selama menjalani isolasi, kebutuhan makan dan kebutuhan lainnya dicukupi.

Amoni berujar, selama ia di rumah sakit, ia terus memikirkan keponakannya itu. 

"Ya kan Iren sendirian, tapi saya masih bisa telepon dia, ingetin buat makan. Kalau tidak gitu dia susah makannya," ujar Amoni, yang sehari-hari bekerja menjadi teknisi pemasang instalasi pemanas air. 

Menurutnya, sang ibu saat ini sudah ditangani petugas medis di ruang isolasi di rumah sakit sehingga ia diperbolehkan pulang. Ibunya masih harus menjalani perawatan intensif dan menunggu hasil swab test. Sedangkan dirinya dan Iren akan menjalani swab test, Senin (21/12/2020) ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com