Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Derita Fransiskus, Bocah 7 Tahun yang Lumpuh dan Terbaring Lemas di Kereta Bayi

Kompas.com - 28/11/2020, 11:54 WIB
Markus Makur,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

 

Seong melanjutkan, melihat kondisi putranya itu, ia sangat bingung. Di tengah kondisi ekonomi yang serba kekurangan, ia dan istri mana bisa membawa Fransiskus ke fasilitas kesehatan. Mereka hanya terus melihat perkembangan sakit yang diderita Fransiskus.

Seong menuturkan, saat memasuki bulan ketiga, dengan terpaksa, ia bersama sang isteri menghantar Fransiskus ke RSUD Bajawa. Di sana, Fransiskus diperiksa dokter. Jawaban dokter kala itu, sakit yang diderita puteranya itu belum bisa dioperasi, kecuali, berumur di atas 8 tahun. 

Setelah pulang dari RSUD Bajawa, ia berusaha mencari jalan lain yakni ke dukun-dukun yang cukup terkenal menyembuhkan sakit seperti yang diderita puteranya. Upaya itu terus di lakukan, hingga tahun 2016, ia menjual sebidang tanah untuk biaya transportasi pergi mencari dukun. 

“Upaya dari tahun 2013 sampai tahun 2016 tidak juga membuahkan hasil. Tanah sudah dijual, tidak juga berhasil. Saya dan isteri akhirnya pasrah kepada Tuhan. Semoga ada mukjizat dari Tuhan untuk putera mereka,” tutur Seong dengan nada sedih.

Seong mengaku, sejak tahun 2016 hingga sekarang, ia tidak pernah berusaha lagi, baik ke dokter maupun dukun untuk kesembuhan putera mereka itu. Mereka sudah kehabisan biaya. Jika terus berupaya ke dukun atau ke dokter, berarti harus menjual tanah untuk biaya pengobatan. 

Baca juga: Ibu-ibu Bersatu Dukung Risma di Balai Kota Surabaya: Siapa yang Akan Anda Hancurkan?

“Saya ini hanya buruh kasar. kalau ada yang butuh tenaga, saya kerja. Sedangkan isteri saya, tidak bisa kerja. Dia harus jaga Fransiskus setiap hari. Dia hanya bisa kerja, kalau anak kami yang sulung libur. Dia yang jaga adiknya di rumah. Jadi, kami ini, tidak bisa lagi mau urus Fransiskus untuk ke rumah sakit. Biaya pengobatan dari mana. Untuk makan saja, kami ini susah,” ujar Seong.

“Ini kereta yang dia pakai untuk duduk ini sebenarnya untuk bayi. Karena saya hanya bisa beli ini, ya terpaksa pakai. Ini yang kereta yang kedua sudah. Semuanya tidak tahan lama. Ini bertahan karena saya rakit pakai kayu dan roda dari kursi yang rusak. Tidak ada uang mau beli kursi roda pak,” sambung Seong.

 

Belum Dapat Bantuan dari Pemerintah

Seong menuturkan, meski keluarganya kategori ekonomi lemah, tetapi, hingga saat ini, mereka belum pernah mendapatkan bantuan sosial apapun dari pemerintah. Bantuan sosial (Bansos) reguler dari pemerintah seperti Program Keluarga Harapan (PKH ),  Beras Sejahtera (Rastra), dan Kartu Indonesia Sehat (KIS), hanya terdengar nama dari warga lain.

“Dari dulu sampai sekarang itu bantuan uang dan beras itu kami tidak pernah dapat. Kartu Indonesia Sehat itu juga kami tidak ada. Kalau itu ada, kami bisa hantar anak ke rumah sakit. Ini tidak ada semua. Saya juga bingung. Mengapa bantuan pemerintah tidak menyasar ke keluarga miskin seperti kami,” tutur Seong dengan sedih.

Seong mengaku, ia sudah berulang-ulang menanyakan ke pemerintah Kelurahan Tanah Rata, mengapa keluarganya tidak kunjung mendapatkan bantuan sosial seperti warga lainnya. Jawaban pemerintah, selalu saja, tunggu, tunggu, dan tunggu. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com