KOMPAS.com - Aktivitas kegempaan Gunung Merapi masih tinggi sejak statusnya dinaikkan menjadi siaga atau level tiga pada 5 November. Aktivitas kegempaan yang tinggi itu menimbulkan guguran tebing lava lama.
"Guguran seperti ini merupakan kejadian yang biasa terjadi pada saat Gunung Merapi mengalami kenaikan aktivitas menjelang erupsi," kata Kepala Balai Pengamatan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida.
Dalam rilis tertulis Senin (23/11/2020), BPPTKG meminta warga tidak panik serta terus mengikuti rekomendasi dan arahan dari instansi-instansi terkait.
Baca juga: Fakta di Balik Guguran Lava Sisa Erupsi Merapi Tahun 1954, Terekam CCTV dan Penjelasan BPPTKG
Guguran tebing lava lama itu terjadi pada Minggu dan berada di kawah utara. Namun material guguran jatuh ke dalam kawah sehingga sampai saat ini tidak berpengaruh pada aktivitas Gunung Merapi.
Sementara itu proses evakuasi warga dari lereng Gunung Merapi sejak penetapan status siaga masih difokuskan untuk kelompok rentan seperti lansia, ibu hamil, anak-anak, dan penyandang disabilitas.
Di barak pengungsian, pemerintah menyatakan menyiapkan sekat agar prinsip jaga jarak dapat dijalankan demi menekan penyebaran virus corona.
Aktivitas vulkanik Merapi kini telah melampaui kondisi siaga saat gunung api itu meletus tahun 2006.
Kalaupun Merapi meletus secara eksplosif, skalanya diperkirakan tidak akan sebesar letusan tahun 2010 yang dinyatakan terbesar dalam satu abad terakhir.
Baca juga: Jejak Satwa Diduga Macan Tutul Ditemukan di Jalur Evakuasi Gunung Merapi
Sebagai komparasi, letusan eksplosif besar Merapi tahun 2010 yang menewaskan 277 orang tergolong Volcanic Explosivity Index-4.
Berdasarkan pantauan, Hanik menyebut aktivitas Merapi saat ini sudah melampaui kondisi munculnya kubah lava tahun 2006. Saat Merapi akhirnya meletus tahun 2006, jumlah korban jiwa setidaknya mencapai 151 orang.
Namun, kata dia, situasi Merapi hari ini masih lebih rendah dibandingkan hari-hari jelang erupsi tahun 2010.
Baca juga: Lava Sisa Letusan Merapi Tahun 1954 Runtuh, Warga Diminta Tetap Tenang
"Indikator pemantauan sudah melampaui kondisi siaga 2006, sehingga muncul dua skenario yaitu ekstrusi magma dengan cepat dan erupsi ekplosif," ujar Hanik dalam jumpa pers virtual, Rabu (11/11/2020).
"Data pemantauan terus meningkat menuju dekatnya waktu erupsi. Jika terjadi erupsi eksplosif, kemungkinan tidak sebesar tahun 2010.
"Dasarnya apa? Karena tidak terjadi kegempaan. Artinya tidak ada tekanan magma yang berlebih, migrasi magma terjadi secara pelan," kata Hanik.
Baca juga: Mengenal Sabo Dam, Solusi Penanggulangan Banjir Lahar Gunung Merapi...
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.