Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta di Balik Guguran Lava Sisa Erupsi Merapi Tahun 1954, Terekam CCTV dan Penjelasan BPPTKG

Kompas.com - 24/11/2020, 08:12 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menjelaskan soal guguran lava yang terjadi pada Minggu (22/11/2020).

Guguran yang terjadi pada pukul 06.50 WIB itu merupakan lava sisa erupsi Merapi pada tahun 1954.

Terjadi saat peningkatan aktivitas vulkanik

Berdasar penjelasan Kepala BPPTKG Hanik Humaida, peristiwa itu normal terjadi di saat aktivitas Merapi tengah mengalami peningkatan.

"Guguran seperti ini merupakan kejadian yang biasa terjadi pada saat Gunung Merapi mengalami kenaikan aktivitas menjelang erupsi. Masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan mematuhi rekomendasi dari BPPTKG serta arahan dari BPBD dan pemerintah daerah setempat," ujar Hanik melalui keterangan tertulis, Senin (23/11/2020).

Baca juga: Lava Sisa Letusan Merapi Tahun 1954 Runtuh, Warga Diminta Tetap Tenang

Terekam CCTV

Hanik menjelaskan, guguran pada hari Minggu (22/11) itu terekam CCTV di Desa Deles, Klaten, Jawa Tengah.

Lalu, berdasar rekaman seismograf, guguran itu tercatat memiliki amplitudo 75 milimeter dan durasi 82 detik.

Seperti diketahui, sejak status Merapi menjadi siaga (level III), BPPTKG mencatat pada periode pengamatan 22 November hingga pukul 24.00 WIB terjadi 50 gempa guguran, 81 kali gempa embusan, 342 kali gempa multifase, 41 kali gempa vulkanik dangkal, dan satu kali gempa tektonik jauh.

Radius aman 

Sebagai informasi, Gunung Merapi status meningkat ke siaga (level III) pada 5 November 2020.

Kenaikan status ini berdampak dengan meluasnya daerah bahaya erupsi Merapi.

Baca juga: Merapi Siaga, 246 Warga Desa Jrakah Boyolali Dievakuasi ke Pengungsian Sementara

Sebelumnya daerah bahaya berada dalam radius 3 kilometer dari kawah, berubah jadi 5 kilometer.

Sejulah warga yang berada di daerah bahaya dan masuk kelompok rentan telah sebagain diungsikan.

(Penulis: Kontributor Yogyakarta, Wisang Seto Pangaribowo | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com