Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyoal Skema Mitigasi Erupsi Gunung Merapi Kala Pandemi Covid-19, Satu Orang Satu Bilik

Kompas.com - 24/11/2020, 09:10 WIB
Rachmawati

Editor

Bagaimanapun, kata Hanik, masyarakat di sekitar Merapi patut waspada, terutama yang tinggal dan beraktivitas dalam radius lima kilometer dari puncak Merapi atau Kawasan Rawan Bencana (KRB) III.

Hanik berkata, penambangan di alur sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam KRB III patut dihentikan. Selain itu, dia menyebut kegiatan turisme di zona merah ini juga perlu disetop.

"Tidak melakukan kegiatan di daerah bahaya," ujarnya. Hanik juga mengingatkan warga di zona merah untuk bersiap mengungsi sewaktu-waktu.

Baca juga: Cerita Musimin 20 Tahun Selamatkan Anggrek Hutan Gunung Merapi, Khawatir dengan Ancaman Erupsi

'Pembuktian evaluasi bencana sebelumnya'

Daerah yang rentan bahaya letusan Merapi berada di empat wilayah berbeda, yaitu Kabupaten Sleman di Daerah Istimewa Yogyakarta serta Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Klaten di Jawa Tengah.

Di Sleman, terdapat tiga dusun yang kini masuk zona merah. Satu di antaranya masih dihuni warga, yaitu Kalitengah Lor. Sementara itu, dua dusun lainnya telah dikosongkan lewat program relokasi pasca-letusan tahun 2010.

Koordinator Tim Reaksi Cepat BPBD DIY, Pristyawan, menyebut evakuasi warga dari dusun Kalitengah Lor bersifat mandiri. Namun yang diutamakan menempati pengungsian kini adalah kelompok rentan.

Baca juga: Cegah Covid-19, Warga Diimbau Tak Sumbang Nasi Bungkus untuk Pengungsi Merapi

"Evakuasi warga Kalitengah Lor sudah dicicil, kelompok rentan dan hewan ternak sudah turun," kata Pristyawan saat dihubungi.

"Mitigasi masyarakat lereng Merapi sudah berjalan, pemerintah tinggal menunjukkan kehadiran, memberikan dukungan moral atas apa yang mereka mesti lakukan.

"Ini momentum untuk membuktikan hasil persiapan menghadapi bencana pasca-erupsi tahun 2010," tuturnya.

Baca juga: Merapi Siaga, 246 Warga Desa Jrakah Boyolali Dievakuasi ke Pengungsian Sementara

Camat Cangkringan, Suparmono, menyebut warga dari Kalitengah Lor mengungsi secara swadaya. Mereka turun dari lereng Merapi menggunakan kendaraan pribadi maupun truk yang disiagakan secara kolektif.

Suparmono menyebut pemerintah tidak akan menjemput warga. Evakuasi bertahap, kata dia, dilakukan agar masyarakat tidak panik.

"Warga turun dengan armada mereka sendiri. Warga koordinasi dengan dusun, ada yang menumpang truk, kendaraan pribadi. Kami minta tidak ada penjemputan supaya tidak ada kepanikan. Tetangga kalau melihat mereka dijemput, beramai-ramai, pasti panik," tuturnya.

Baca juga: Pemilik Ternak Ikut Turun, Pengungsi Merapi di Sleman Bertambah Jadi 263 Orang

'Satu orang satu bilik'

Barak pengungsian untuk warga lereng Merapi terdiri dari bilik-bilik demi mencegah penularan Covid-19.Ulet Ifansasti/Getty Images Barak pengungsian untuk warga lereng Merapi terdiri dari bilik-bilik demi mencegah penularan Covid-19.
Terkait pandemi yang masih berlangsung, Suparmono mengklaim ratusan warga yang menempati pengungsian akan tetap bisa menjalankan protokol Covid-19.

Selain sarana cuci tangan, dia menyebut sekat-sekat telah dipasang di tenda pengungsian agar setiap orang dapat menjaga jarak aman.

"Barak pengungsian semua pakai bilik. Satu bilik satu orang, kalau suami-istri satu bilik dua orang," kata Suparmono kepada BBC Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com