Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laporan Terkini Progres Citarum Harum, seperti Apa Kondisinya?

Kompas.com - 18/11/2020, 16:16 WIB
Dendi Ramdhani,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

 

Sementara itu, Tim dari Kantor Staf Presiden melakukan peninjauan penangan hulu Sungai Citarum untuk melihat progres pengerjaan program Citarum Harum pada pekan lalu.

Ketua Harian Satgas Citarum Harum Dedi Kusnadi mengatakan, sejak Perpres Citarum Harum dikeluarkan pada 2018, sudah banyak penanganan yang dilakukan di sepanjang DAS Citarum, termasuk di wilayah hulu.

"Dari Kantor Staf Presiden, stafnya Pak Moeldoko melakukan peninjauan di hulu. Kemarin meninjau IPAL komunal limbah domestik di wilayah Karawang atau Sektor 18," kata Dedi.

Tim dari Kantor Staf Presiden melakukan peninjauan pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) ternak komunal di Blok Lodaya, Desa Tarumajaya, yang akan mengolah limbah kotoran ternak bagi 200-an sapi milik warga.

Limbah dari kotoran ternak menjadi salah satu masalah pencemaran di wilayah hulu.

Menurut Dedi, IPAL ternak komunal diharapkan bisa mengurangi beban pencemaran Sungai Citarum.

"Memang belum menyeluruh, karena masih ada yang ternak tersebar. Tapi akan ditangani secara bertahap," ujar dia.

Dedi tak menampik bahwa persoalan limbah Citarum masih menyisakan banyak pekerjaan.

Bahkan, ia mengakui masih ada perusahaan yang membuang limbah industri saat malam hari atau waktu hujan.

"Kepatuhan industri sudah mulai bagus, walaupun masih ada juga yang nakal, ngumpet saat malam atau hujan membuang limbah secara langsung ke sungai. Ini harus dikejar oleh petugas lapangan," kata dia.

Di wilayah hulu, penanganan lahan kritis masih harus dilakukan, mengingat banyak masyarakat yang menggantungkan hidup dari bertani.

Penanaman pohon keras juga terus dilakukan.

Untuk mencegah perambahan hutan, pihaknya bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti Perhutani dengan melakukan penanaman pohon keras dan kopi.

"Kopi memiliki nilai ekonomis tinggi. Diharapkan ke depan masyarakat tidak lagi bertani sayuran dan beralih ke kopi, sehingga beban sedimentasi terus berkurang," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com