Salin Artikel

Laporan Terkini Progres Citarum Harum, seperti Apa Kondisinya?

Mereka menyebut sejumlah kemajuan mulai tercapai, seperti berkurangnya jumlah sampah di Sungai Citarum.

Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung Asep Kusumah, dalam 2 tahun terakhir, kontribusi sampah yang masuk ke Sungai Citarum berkurang hingga 42 persen dibanding dengan sebelum program Citarum Harum bergulir.

Berdasarkan data 2018, terdapat 7.000 ton sampah tertangani secara langsung dari dalam pendekatan penanganan darurat.

Sepanjang 2018 sampai 2019, Pemerintah Kabupaten Bandung terus melakukan pengembangan infrastruktur pendukung pengolahan sampah, seperti pembangunan tempat pembuangan sampah sementara (TPS), juga bank sampah.

"TPS dibangun supaya masyarakat tidak membuang sampah secara langsung ke sungai, sehingga secara tidak langsung TPS akan membantu mengurangi risiko masyarakat membuang sampah ke Citarum atau anak-anak sungainya," kata Asep dalam siaran pers yang diterima media, Rabu (18/11/2020).

Pada Oktober 2020 lalu, Kedutaan Besar Denmark untuk Indonesia melakukan kunjungan ke sejumlah tempat di sepanjang bantaran Sungai Citarum.

Mereka melihat secara langsung pengolahan limbah dan sampah.

Mereka pun tertarik untuk menanamkan investasi dalam hal pengolahan limbah.

Kepala Perdagangan di Kedutaan Besar Denmark Jacob Kahl Jepsen mengatakan, negaranya telah melalui berbagai masalah lingkungan yang dihadapi Indonesia saat ini, terutama masalah limbah.

Untuk itu, pihaknya mengetahui dengan pasti bahwa pemecahan masalah limbah domestik maupun industri cukup rumit.

"Kami telah berdiskusi dan mempelajari masalah di sini. Kami akan kembali ke negara kami dan melihat apa yang bisa menarik perhatian untuk bisa mengembangkan sistem air di sini," ujar Jacob.


Sementara itu, Tim dari Kantor Staf Presiden melakukan peninjauan penangan hulu Sungai Citarum untuk melihat progres pengerjaan program Citarum Harum pada pekan lalu.

Ketua Harian Satgas Citarum Harum Dedi Kusnadi mengatakan, sejak Perpres Citarum Harum dikeluarkan pada 2018, sudah banyak penanganan yang dilakukan di sepanjang DAS Citarum, termasuk di wilayah hulu.

"Dari Kantor Staf Presiden, stafnya Pak Moeldoko melakukan peninjauan di hulu. Kemarin meninjau IPAL komunal limbah domestik di wilayah Karawang atau Sektor 18," kata Dedi.

Tim dari Kantor Staf Presiden melakukan peninjauan pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) ternak komunal di Blok Lodaya, Desa Tarumajaya, yang akan mengolah limbah kotoran ternak bagi 200-an sapi milik warga.

Limbah dari kotoran ternak menjadi salah satu masalah pencemaran di wilayah hulu.

Menurut Dedi, IPAL ternak komunal diharapkan bisa mengurangi beban pencemaran Sungai Citarum.

"Memang belum menyeluruh, karena masih ada yang ternak tersebar. Tapi akan ditangani secara bertahap," ujar dia.

Dedi tak menampik bahwa persoalan limbah Citarum masih menyisakan banyak pekerjaan.

Bahkan, ia mengakui masih ada perusahaan yang membuang limbah industri saat malam hari atau waktu hujan.

"Kepatuhan industri sudah mulai bagus, walaupun masih ada juga yang nakal, ngumpet saat malam atau hujan membuang limbah secara langsung ke sungai. Ini harus dikejar oleh petugas lapangan," kata dia.

Di wilayah hulu, penanganan lahan kritis masih harus dilakukan, mengingat banyak masyarakat yang menggantungkan hidup dari bertani.

Penanaman pohon keras juga terus dilakukan.

Untuk mencegah perambahan hutan, pihaknya bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti Perhutani dengan melakukan penanaman pohon keras dan kopi.

"Kopi memiliki nilai ekonomis tinggi. Diharapkan ke depan masyarakat tidak lagi bertani sayuran dan beralih ke kopi, sehingga beban sedimentasi terus berkurang," kata dia.

https://regional.kompas.com/read/2020/11/18/16165381/laporan-terkini-progres-citarum-harum-seperti-apa-kondisinya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke