Mereka takut keripik gedebok pisang itu beracun dan membuat warga sakit perut. Bahkan, ada penjual yang menyangka pasangan itu gila karena nekat menjual keripik dari batang pisang.
“Ada yang menyangka kami sudah gila karena nekat menjual keripik berbahan gedebok pisang,” kata Robi.
Robi maklum dengan anggapan itu. Selama ini, batang pisang selalu dibuang oleh petani. Batang pisang hanya dimanfaatkan untuk pakan hewan.
Meski dianggap gila, pasangan itu tak patang semangat. Mereka tetap mempromosikan produknya yang diyakini bisa menurunkan kolesterol.
Belakangan, Robi juga menjual keripik batang pisang itu di media sosial Facebook dan Instagram dengan akun Master Kethebog.
Baca juga: Hadir di Persidangan Jerinx, Dokter Tirta Sebut Tuntutan 3 Tahun Penjara Terlalu Berat
Ternyata, warganet antusias membeli keripik buatan mereka. Banyak yang penasaran dan memesan produk itu. Toko oleh-oleh di Madiun, Caruban, dan Ponorogo, juga ikut memesan.
Pemesan keripik itu tak hanya dari Jawa Timur, produk itu juga dipesan sejumlah pekerja migran Indonesia di Hong Kong.
Robi mencatat sudah dua kali menerima pesanan dari Hongkong. Pesanan pertama sebanyak 50 kilogram dan pesanan kedua 100 kilogram.
“Mereka tertarik membeli setelah melihat informasi dari Facebook,” ujar Robi.
Kini, Robi bisa menjual keripik batang pisang dengan merek Master Kethebog itu sebanyak 15-20 kilogram dalam sehari.
Keripik itu dijual seharga Rp 70.000 per kilogram.