Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Sultan Baabullah, Pahlawan Asal Maluku Utara yang Gigih Mengusir Penjajah dan Ahli Berdiplomasi

Kompas.com - 10/11/2020, 08:08 WIB
Yamin Abdul Hasan,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

Untuk itu ia mengirimkan satu armada di bawah pimpinan Kapita Rubohongi dan berhasil merebut Hitu Selatan.

Armada yang dipimpin oleh Rubohongi berhasil menguasai Hitu, Buru, Seram, dan sebagian teluk Tomini.

Selama pengepungan Portugis di dalam benteng, Sultan Baabullah tidak tinggal diam di istananya. Ia berlayar menuju Selayar dan Makassar.

Di Makassar, Baabullah mengajak Raja Makassar Karaeng Bontolangkasa Tunijallo (1565-1590) untuk memeluk agama Islam dan mengimbau agar melarang orang Portugis menyebarkan agama Kristen Katolik di wilayah Makassar. 

Selama peperangan berlangsung, Baabullah masih menuntut keadilan untuk mengadili pembunuh ayahnya.

Ia bahkan mengutus para utusan dari Ternate menuju Goa untuk menuntut keadilan.

Ekpedisi yang dipimpin oleh Kaicil Najib dan sejumlah bangsawan Maluku beserta para petarung melakukan pelayaran mengunakan kora-kora.

Dalam perjalanan menuju Goa, melalui Jawa dan Sumatera, mereka berperang dengan Portugis jika bertemu di lautan.

Selama lima tahun orang-orang Portugis dan keluarganya hidup menderita dalam benteng, terputus dari dunia luar sebagai balasan atas pengkhianatan mereka.

Blokade bantuan makanan yang biasanya didapatkan dari rakyat maupun suplai dari Malaka terus dilakukan oleh Baabulah dan rakyat Maluku.

Inilah yang membuat serdadu Portugis mengalami kelaparan di dalam benteng.

Umat Islam di Maluku mengutuk keras pengkhianatan dan pembunuhan secara keji terhadap Sultan Khairun.

Meski demikian, sebagai patriot Sultan Baabullah memberi ultimatum agar orang Portugis yang berada di dalam benteng menyerah dan diperbolehkan meninggalkan Ternate.

Baabullah telah menunjukan sikap patriot dan sifat kemanusiaannya seperti halnya Al Ayyubi dalam perang Salib, yaitu suatu sikap toleransi.

Sikap toleransi Baabullah terbukti ketika didengarnya penderitaan orang-orang Portugis yang ada di dalam benteng, dia pun mengeluarkan ultimatum.

Pertama, Portugis harus menyerah dalam waktu satu hari dengan membawa harta benda dan diperlakukan secara adil.

Kedua, mereka yang telah beristrikan pribumi Ternate diperbolehkan tetap tinggal dengan syarat dijadikan kawula kerajaan. 

Ketiga, Portugis harus menyerahkan pembunuh Sultan Khairun.

Demikianlah, pada 26 Desember 1575, orang Portugis pergi secara memalukan dari Ternate dan tak satupun yang disakiti. 

Serdadu Portugis yang awalnya berjumlah 9.000 orang, menyerah, dan hanya menyisakan 400 orang, Ada 500 serdadu mati kelaparan dan sakit.

Tiga hari setelah menyerah, sebuah kapal Portugis yang penuh dengan bahan-bahan makanan tiba di Pelabuhan Talangame, Ternate, dan disambut baik oleh Baabullah.

Portugis yang telah menyerah diberangkatkan menuju Ambon. Sebagian dari mereka pergi ke Malaka, dan sebagian kembali ke Timor di mana mereka menancapkan kekuasaan mereka di sana.

Kemenangan rakyat Ternate ini adalah kemenangan pertama rakyat Nusantara atas kekuatan barat. 

Baabullah kemudian mengirimkan sebuah surat kepada raja Portugal, di mana dia meminta agar keadilan ditegakan bagi mereka yang bertanggung jawab atas kematian ayahnya.

Tuntutan ini disampaikan Baabullah kepada Raja Philips II di Portugis maupun Raja Muda di Goa. 

Baabullah menjanjikan kepada Portugis agar pembunuh ayahnya, Gubernur Diego Lopez de Mesquita dan Antonio Pimental diajukan ke pengadilan Portugis di Ternate. Apabila terbukti bersalah agar dijatuhi hukuman setimpal.

Apabila tuntutan dipenuhi, maka Baabullah siap memulihkan kembali hubungan dan semua hak-hak yang telah diberikan kepada Portugis seperti yang berlaku selama ini dan diperbolehkan menempati benteng Sao Paulo.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com