Marianus mengungkapkan, kesulitan yang ia alami selama 10 tahun jadi nelayan adalah setiap hari harus mendayung parahunya untuk mencari ikan.
Begitu pula dengan alat mancing, ia hanya seadanya. Peralatan seadanya hasilnya juga seadanya.
Padahal, setiap hari kebutuhan ekonomi semakin meningkat. Namun, pendapatan kecil bahkan nyaris tanpa hasil.
Marianus berharap, ke depan ia bisa mendapatkan bantuan motor laut dan peralatan mancing untuk bisa memperbaiki hidupnya sebagai nelayan.
"Sudah 10 tahun jadi nelayan tiap hari dayung sampan, saya ingin sekali punya motor laut," ungkap Marianus.
Marianus menceritakan, selama pandemi ini, ia tetap memancing dengan mengayuh sampan ke laut. Namun, hasil tangkapannya tidak laku terjual.
Baca juga: Intip Kreativitas Mahasiswa di Maumere, Mengolah Daun Kelor Jadi Mi
Kadang hanya mendapat hasil Rp 20.000 hingga Rp 40.000.
"Uang ini hanya cukup untuk beli beras dan minyak tanah untuk menghidupi lampu pelita di malam hari," ungkap Marianus.
Marianus mengatakan, untuk bisa bertahan selama pandemi ini, seringkali keluarganya berutang di kios.
"Sering tidak ada uang. Terpaksa saya harus bon beras di kios milik tetangga. Sedihnya, kadang orang izin kita bon. Kalau tidak diizinkan bon, terpaksa saya harus dari kios ke kios minta bon. Kalau tidak begitu, anak-anak dan istri saya bisa mati kelaparan," ungkap Marianus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.