Akbar memilih masjid untuk tempat istirahat. Jika tidak ada masjid, ia mencari tempat yang dianggapnya nyaman.
Akbar tak pernah mau mengingat-ingat pengalamannya selama hidup di jalanan.
Namun, ketika ditanya soal kerasnya hidup di jalanan, Akbar mengaku pernah dipalak oleh rekannya. Namun, ia tidak pernah melawan.
"Kasih aja, itu mungkin rezekinya dari situ, biarin aja," katanya.
Setelah lima tahun lebih mengembara dan menggelendang demi mencari ibu, Akbar pun menyerah. Kini ia mengaku sudah tak lagi ingin bertemu perempuan yang melahirkannya.
"Biarin aja, kalau mau ketemu ya datang ke sini aja, kalau masih ingat," katanya menahan emosi.
Akbar mengaku akan berhenti hidup di jalanan dan menempuh pendidikan di pondok pesantren yang sudah lama ia idamkan.
Apalagi, setelah foto dirinya viral di media sosial, banyak yang menghubunginya, termasuk seseorang yang mengaku utusan dari Pondok Pesantren Ustaz Yusuf Mansyur.
"Saya mau mesantren sekarang, memang sudah lama ingin masantren, tapi yang deket dari Garut aja," katanya.
"Saya nggak punya cita-cita, tapi sejak kecil berniat ingin bikin pesantren sendiri, itu niat dari kecil," katanya.
Makmun Gunawan, pejabat di Dinas Pendidikan Kabupaten Garut dari Bidang Pendidikan Non Formal melihat, keinginan Akbar untuk belajar di pondok pesantren adalah niat bagus yang harus didukung. Pihaknya pun menyarankan Akbar mengikuti ikut program paket.
"Bagus kalau mau bikin pesantren sendiri, tinggal nanti sambil masantren ikut program paket agar punya ijazah juga," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.