Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mama Imelda 3 Tahun Berjuang Melawan Kista, Perut Kian Membesar dan Sakit Seperti Ditusuk

Kompas.com - 03/11/2020, 11:48 WIB
Markus Makur,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

Menurut dokter, penyakit kista hanya bisa dioperasi di rumah sakit di Bali dan Kupang.

Mendengar jawaban itu. Imelda nyaris putus asa. Ia pun kembali ke kampung halaman sembari mencari pengobatan tradisional.

“Saya tidak punya uang yang cukup waktu itu. Kalau operasi mungkin terbantu dengan BPJS, tetapi uang transportasi dan biaya hidup selama di Kupang atau pun Bali tidak ada,” jelasnya.

Ramuan berbeda serta orang berbeda silih berganti datang merawatnya. Namun, tetap tak ada perubahan. Perut kian membesar, nyeri yang ia rasakan kian parah.

“Kadang saat baik, perut turun sedikit, tetapi setelah itu naik kembali. Kalau seperti saya harus baring sudah, tidak bisa paksa. Kalau paksa bisa pingsan,” katanya.

Berhenti bekerja

Sejak menderita sakit, Imelda tidak bisa bekerja seperti sedia kala. Ia tak lagi merawat kebun dan jadi buruh harian untuk bisa membeli beras.

Sejak sakit, ia hanya bersandar pada putrinya yang merantau di Bali sejak tahun 2015.

“Sudah empat tahun ini saya tidak bisa kerja. Untuk beli beras tunggu uang dari anak yang kerja di Bali. Kalau dia belum kirim, kadang ada keluarga yang datang bawa beras. Saat sakit juga mereka datang bawa nasi dan sayur. Kalau datang parahnya, saya tidak bisa buat apa-apa. Saya hanya bisa baring lemas,” ungkap Imelda.

Ironinya, meski Imelda adalah seorang single parent di desa itu, ia luput dari bantuan sosial.

Mulai dari Program Keluarga Harapan (PKH) sampai bantuan sembako yang sampai saat ini masih bergulir.

“Saya di sini sudah 30 tahun hidup tanpa suami. Suami saya pergi tinggalkan saya dan anak pada tahaun 1990 lalu. Saya bingung, kok keluarga saya tidak dapat bantuan dari pemerintah. Saya cukup sakit hati saat orang ramai pergi ke bank pergi terima uang PKH dan terima bantuan sembako,” ungkap Imelda.

“Baru-baru saja memang ada bantuan dana Covid-19. Itu saja yang kami dapat,” sambung dia.

Menunggak BPJS

Mama Imelda menuturkan, dari tahun 2018 hingga saat ini, BPJSnya belum dibayar dengan tagihan mencapai lebih dari Rp 900.000.

Uang yang selama ini dikirim dari Bali hanya bisa menutupi kebutuhan pokok setiap harinya.

“Mau bayar BPJS bagaimana, untuk beli beras saja susah. Tambah lagi anak saya sekarang sudah tidak kerja karena virus. Sekarang kami tidak ada lagi orang yang bisa cari uang,” tutur Imelda.

Dia berencana menjual salah satu bidang tanah milik mereka untuk membiayai operasi penyakit yang dideritanya.

Tanah itu rencana dijual Rp 50 juta. Selama ini memang sudah ada yang mau beli, tetapi habis dengan janji saja.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com