Salin Artikel

Mama Imelda 3 Tahun Berjuang Melawan Kista, Perut Kian Membesar dan Sakit Seperti Ditusuk

Wanita paruh baya itu tidak bisa berbuat banyak. Dia ingin sekali penyakit yang dideritanya selama tiga tahun itu sembuh.

UPDATE: Kompas.com menggalang dana sumbangkan rezeki Anda untuk membantu meringankan beban mama Imelda agar dapat hidup lebih baik. Klik di sini untuk donasi.

Namun, jangankan untuk berobat atau ingin menjalani operasi, untuk makan saja Imelda kesulitan.

Saat Kompas.com menemui Mama Imelda, wajah wanita paruh baya itu tampak lesu, langkahnya pelan. Dua tanganya mengelus pinggang.

Imelda menuturkan, ia menderita sakit sejak tahun 2017. Imelda sempat mengganggap sakitnya biasa-biasa saja.

Awalnya, dia merasa keram di bagian perut. Namun, lama kelamaan rasa sakitnya kian parah bahkan dia sempat pingsan.

Lambat laun perutnya membesar. Makan, tidur, buang air, terasa susah. Semuanya terasa sulit dan berat.

“Waktu awal tahun 2017, saya rasa perut tertusuk-tusuk kemudian terus membesar. Saya tidak tahu kenapa,” tutur Imelda, Sabtu (31/10/2020).

Imelda berusaha mencari pengobatan tradisional melalui para dukun dan pendoa yang ada di kampungnya, bahkan hingga ke Manggarai Barat. Namun, perjuangannya belum membuahkan hasil.

Imelda akhirnya memutuskan untuk berkonsultasi ke seorang dokter di Borong. 

“Selesai periksa, dokter minta saya agar kurangi aktivitas di luar rumah. Dia juga minta tidak boleh urut, minum ramuan saja. Ia juga minta saya urus BPJS untuk memudahkan saat ke rumah sakit nantinya,” tutur Imelda.

Ia pun memutuskan untuk mengurus BPJS di Borong, ibu kota Kabupaten Manggarai Timur.

Bersyukur proses pembuatan BPJS cukup cepat. Dengan modal BPJS dan uang seadanya, tahun 2018, Imelda memberanikan diri ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ruteng untuk memeriksakan penyakitnya.

Dalam perjalanan dari Kampung Wae Poang, menuju Ruteng, dalam pikirannya hanya terlintas agar sakit yang dideritanya bisa diobati.

Berjam-jam duduk di dalam mobil dia begitu kesakitan. Namun, ia tetap nekat.

“Di mobil saya tidak tahan duduk, karena perut terasa nyeri. Tetapi mau bagaimana lagi saya harus tetap jalan. Saya lawan dan tahan rasa sakit dan bisa tembus di rumah sakit,” ungkapnya.

Setibanya di RSUD Ben Mboi Ruteng, Imelda langsung menemui petugas medis. Hasil diagnosis dokter, ia menderita kista.

Dokter menyatakan, penyakit yang dideritanya tidak bisa dioperasi di RSUD Mben Boi Ruteng, karena peralatan tidak memadai.

Menurut dokter, penyakit kista hanya bisa dioperasi di rumah sakit di Bali dan Kupang.

Mendengar jawaban itu. Imelda nyaris putus asa. Ia pun kembali ke kampung halaman sembari mencari pengobatan tradisional.

“Saya tidak punya uang yang cukup waktu itu. Kalau operasi mungkin terbantu dengan BPJS, tetapi uang transportasi dan biaya hidup selama di Kupang atau pun Bali tidak ada,” jelasnya.

Ramuan berbeda serta orang berbeda silih berganti datang merawatnya. Namun, tetap tak ada perubahan. Perut kian membesar, nyeri yang ia rasakan kian parah.

“Kadang saat baik, perut turun sedikit, tetapi setelah itu naik kembali. Kalau seperti saya harus baring sudah, tidak bisa paksa. Kalau paksa bisa pingsan,” katanya.

Berhenti bekerja

Sejak menderita sakit, Imelda tidak bisa bekerja seperti sedia kala. Ia tak lagi merawat kebun dan jadi buruh harian untuk bisa membeli beras.

Sejak sakit, ia hanya bersandar pada putrinya yang merantau di Bali sejak tahun 2015.

“Sudah empat tahun ini saya tidak bisa kerja. Untuk beli beras tunggu uang dari anak yang kerja di Bali. Kalau dia belum kirim, kadang ada keluarga yang datang bawa beras. Saat sakit juga mereka datang bawa nasi dan sayur. Kalau datang parahnya, saya tidak bisa buat apa-apa. Saya hanya bisa baring lemas,” ungkap Imelda.

Ironinya, meski Imelda adalah seorang single parent di desa itu, ia luput dari bantuan sosial.

Mulai dari Program Keluarga Harapan (PKH) sampai bantuan sembako yang sampai saat ini masih bergulir.

“Saya di sini sudah 30 tahun hidup tanpa suami. Suami saya pergi tinggalkan saya dan anak pada tahaun 1990 lalu. Saya bingung, kok keluarga saya tidak dapat bantuan dari pemerintah. Saya cukup sakit hati saat orang ramai pergi ke bank pergi terima uang PKH dan terima bantuan sembako,” ungkap Imelda.

“Baru-baru saja memang ada bantuan dana Covid-19. Itu saja yang kami dapat,” sambung dia.

Menunggak BPJS

Mama Imelda menuturkan, dari tahun 2018 hingga saat ini, BPJSnya belum dibayar dengan tagihan mencapai lebih dari Rp 900.000.

Uang yang selama ini dikirim dari Bali hanya bisa menutupi kebutuhan pokok setiap harinya.

“Mau bayar BPJS bagaimana, untuk beli beras saja susah. Tambah lagi anak saya sekarang sudah tidak kerja karena virus. Sekarang kami tidak ada lagi orang yang bisa cari uang,” tutur Imelda.

Dia berencana menjual salah satu bidang tanah milik mereka untuk membiayai operasi penyakit yang dideritanya.

Tanah itu rencana dijual Rp 50 juta. Selama ini memang sudah ada yang mau beli, tetapi habis dengan janji saja.

“Ini satu-satunya jalan dan cara agar saya bisa operasi. Kalau ada yang beli, berarti kami segera berangkat ke Kupang,” ungkap Imelda.

Butuh uluran kasih

Imelda saat ini membutuhkan uluran tangan dari semua pihak agar bisa berangkat ke Kupang untuk menjalani operasi.

Sejak pulang dari RSUD Mben Boi Ruteng tahun 2018, ia memang berniat berangkat ke Kupang untuk menjalani operasi sesuai anjuran dokter. Namun, biaya yang jadi kendala.

“Mau jalan uang dari mana, saya saja tidak bisa kerja. Tambah lagi anak saya sekarang sudah tidak bisa kerja karena virus corona ini. Saat ini kami sudah tidak bisa apa-apa,” ucap Imelda.

“Besar harapan saya semoga Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai Timur dan orang-orang baik di luar sana bisa peduli dan bantu. Saya sangat ingin dioperasi, saya terlalu menderita dengan kondisi saat ini,” tuturnya.

Penjelasan pemda

Mama Imelda mengaku hingga saat ini belum menerima bantuan untuk PKH dari Pemda Manggarai Timur.

Terkait hal itu, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Manggarai Timur, Wihelmus Deo menjelaskan, data PKH sudah diinput beberapa tahun lalu sehingga tak ada penambahan lagi.

Terkait kesulitan tunggakan BPJS, Deo meminta agar Imelda membawa fotokopi kartu keluarga ke kantor dinas sosial. Dinas akan mengurus tunggakan tersebut.

"Saya minta keluarga dari Mama itu agar besok, Rabu (4/11/2020) ke kantor dinas sosial dengan membawa kartu keluarga agar diurusi tunggakan BPJS tersebut. Tolong informasikan kepada keluarganya agar ke kantor dinas sosial," jelasnya.

Pehatian DPRD 

Ketua DPRD Kabupaten Manggarai Timur, Heremias Dupa mengatakan, DPRD Manggarai Timur sudah menyampaikan agar Pemkab Manggarai Timur untuk membantu menangani Imelda.

Adapun Pemda Manggarai Timur melalui bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) dan Keuangan bisa membantu Imelda dengan pola bantuan sosial (Bansos) untuk biaya transportasi dan penginapan selama berobat di salah satu rumah sakit di Bali atau di Kupang.

"Saya sudah bersuara dan menyampaikan itu kepada Pemda Manggarai Timur dan tanggapannya sungguh bagus untuk menangani biaya transportasi dan penginapan dari mama tersebut," jelasnya.

Terkait dengan tunggakan BPJS, Dupa sudah berkoordinasi dengan pihak BPJS Kabupaten Manggarai Timur dan sedang mencari dana untuk membantu melunasi tunggakan itu.

"Saya akan berjuang bersama-sama orang yang berbaik hati untuk bisa mengumpulkan uang sampai Rp 900.000 lebih demi melunasi tunggakan BPJS mandiri dari Mama Imelda. Mari, saya ajak kita sama-sama menyisihkan sedikit rezeki demi menolong mama tersebut," jelasnya.

UPDATE: Kompas.com menggalang dana sumbangkan rezeki Anda untuk membantu meringankan beban mama Imelda agar dapat hidup lebih baik. Klik di sini untuk donasi.

https://regional.kompas.com/read/2020/11/03/11482121/mama-imelda-3-tahun-berjuang-melawan-kista-perut-kian-membesar-dan-sakit

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke