Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah-kisah Mereka yang Berhasil Bangkit di Tengah Pandemi, Ternak Cacing hingga Jual Ikan Cupang

Kompas.com - 17/10/2020, 06:07 WIB
Pythag Kurniati

Editor

 

4. Masker kain jumputan, strategi di tengah pandemi

Belum genap satu bulan memulai bisnis kain jumputan khas Palembang, pandemi Covid-19 menyerang Indonesia.

 

Angel Eva Christine pun dihadapkan pada kesulitan yang bisa saja berujung pemecatan karyawan-karyawannya.

 

Namun, ia tak pasrah pada keadaan.

 

Angel, sapaan akrab warga Palembang itu berinovasi hingga menelurkan produk yang berhasil 'menyelamatkan' pegawai-pegawainya.

 

Masker berbahan kain jumputan khas Palembang, itulah produk yang dikembangkan olehnya.

 

Tak diduga, masker jumputan yang dihargai sekitar Rp 23.500 per helai itu mendapat sambutan hangat dari publik.

 

Ia mendapatkan bahan baku dari perajin di Ogan Ilir kemudian memrosesnya menjadi sebuah masker yang unik dan cantik.

 

Tak heran, masker jumputan Angel kini digunakan selebritis serta dipesan masyarakat di berbagai pelosok daerah.

 

"Selain Jakarta, masker kain Jumputan ini juga dipesan sampai ke Surabaya, Kalimantan, Maluku Utara dan Papua," kata Angel saat ditemui di kediamannya, Rabu (2/9/2020).

Baca juga: Masker Kain Jumputan Palembang, Strategi Saat Pandemi hingga Digandrungi Artis

 

5. Gula aren, andalan warga Tasikmalaya di tengah pandemi

Perajin gula aren di Kabupaten Tasikmalaya.KOMPAS.com/IRWAN NUGRAHA Perajin gula aren di Kabupaten Tasikmalaya.
Pandemi membuat banyak warga di Desa Sukapada, Kecamatan Pagerageung, Tasikmalaya kehilangan pekerjaan di kota.

 

Mereka yang sempat mengalami kekecewaan, kembali ke kampung dan menata semangat untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi.

 

Didukung oleh potensi alam berupa ribuan pohon aren di kampungnya, warga pun memproduksi gula aren.

 

"Di sini terdapat hampir 3.000 pohon aren yang dimanfaatkan warga yang ahli mengambil air nira untuk membuat gula aren murni," kata Kepala Desa Sukapada Achmad Hidayat

 

Sebelum pandemi, perajin gula aren di wilayah itu didominasi oleh kaum lanjut usia.

 

Namun kini, anak-anak muda turut bergerak mengambil air nira hingga memrosesnya menjadi gula aren alami.

 

Setiap hari, warga bisa memproduksi 15 kilogram gula aren.

 

Gula tersebut dijual seharga Rp 15.000 hingga Rp 20.000 per kilogram.

 

Manisnya gula aren khas Desa Sukapada itu bisa menarik banyak pembeli dan membuat kehidupan masyarakat tetap berjalan baik meski di tengah pandemi.

 

Dari gula aren yang dihasilkan, masyarakat bisa memperoleh penghasilan untuk menghidupi keluarga.

 

"Saya dan suami tiap hari mengandalkan hidup dari pembuatan gula aren. Ilmunya saya dapatkan dari kedua orangtua kami. Alhamdulillah, selama ini bisa menjadi penghasilan kami sehari-hari," ujar Ani (34).

 

Sumber: Kompas.com (Penulis : Muhlis Al Alawi, Markus Makur, Aji YK Putra| Editor : David Oliver Purba, Abba Gabrilin)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com