Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dijemput Orangtuanya, Pelajar yang Ikut Demo Tolak Omnibus Law Menangis

Kompas.com - 12/10/2020, 21:04 WIB
Fadlan Mukhtar Zain,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

KEBUMEN, KOMPAS.com - Momen mengharukan terjadi di Rupatama Mapolres Kebumen, Jawa Tengah, Senin (12/10/2020).

Sejumlah remaja yang ditangkap polisi akibat merusuh saat unjuk rasa menolak omnibus law Undang-undang (UU) Cipta Kerja di depan Gedung DPRD Kebumen, sungkem kepada orangtuanya masing-masing.

Mereka yang sebagian besar masih berstatus pelajar itu meminta maaf kepada orangtuanya. Bahkan sebagian di antaranya sampai menangis.

Baca juga: Ingin Ikut Demo Tolak Omnibus Law di Solo, 73 Pelajar Ditangkap

Mereka mengaku menyesal telah melempari petugas dengan batu dan merusak fasilitas umum.

"Maafkan saya pak. Saya sudah bikin bapak kecewa. Saya tidak akan mengulanginya lagi," ucap salah satu pelajar saat sungkem kepada orangtuanya.

Terlihat pula para orangtua berkaca-kaca melihat anaknya mengakui kesalahan.

"Kami mohon maaf pak, atas ulah anak kami. Akan kami awasi lagi supaya tidak terulang," kata salah satu orang tua.

Baca juga: Demo Tolak Omnibus Law di Banten, 270 Pelajar Diamankan, 1 Orang Kedapatan Bawa Narkoba

Kapolres Kebumen AKBP Rudy Cahya Kurniawan mengatakan, mengamankan delapan pelaku anarkis dalam demo di depan Gedung DPRD Kebumen, Jumat (9/10/2020).

Rudy memberikan treatment khusus kepada mereka dengan melakukan hipnoterapi secara massal. Tujuannya agar mereka tidak mengulangi perbuatan serupa.

"Para pelajar secara sukarela, tanpa paksaan, meminta maaf dan menangis serta tidak akan mengulangi lagi," kata Rudy melalui keterangan tertulis.

Menurut Rudy, para pelajar mengaku hanya ikut-ikutan melakukan pelemparan batu kepada petugas pengamanan Polres Kebumen karena terpancing.

Baca juga: Disdik Sumsel Ancam Pelajar yang Ikut Demo Ambil Paket C

Unjuk rasa yang dilakukan bersama dengan teman-temannya itu berawal dari ajakan melalui poster ataupun meme yang beredar melalui Whatsapp dan media sosial.

"Mereka meyakini apa yang dilakukan itu adalah aksi solidaritas. Kami berharap di kemudian hari, tidak terulang lagi. Semoga Kebumen Kondusif," ujar Rudy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com