Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Selama 30 Tahun, Kami di Lembongan Diselamatkan Rumput Laut"

Kompas.com - 17/09/2020, 10:22 WIB
Rachmawati

Editor

Mengandalkan tamu dari Eropa, terutama Belanda, uang mengalir lancar ke rekening Sulitra dan para pemilik usaha pariwisata lainnya di Nusa Lembongan.

Namun, ketika pandemi Covid-19 menghantam Bali, aliran pendapatan terhenti sama sekali.

Baca juga: Petani Rumput Laut di NTT Merugi Ratusan Juta akibat Proyek Dermaga PLTU Timor 1

Laut yang biasanya riuh dengan para penyelam dan penikmat snorkling, kini hanya berisi tongkang kosong. Restoran dan kafe tiada pengunjung.

Deretan sepeda motor teronggok berdebu di tempat-tempat penyewaan.

"Sekarang penghasilan tidak ada sama sekali. Susah sekarang, Pak. Aduuh. Benar-benar susah," kata Sulitra.

Siang itu dia sekadar memeriksa restoran dan vilanya. Satu staf yang masih masuk baru saja pamit untuk pulang. Tanpa turis sama sekali, tak banyak pekerjaan bisa dilakukan.

Baca juga: 9 Manfaat Rumput Laut, Dukung Kecerdasan hingga Cegah Kanker

Sebagai wakil pemilik sekaligus manajer LGood Villa dan Restaurant, Sulitra sudah merumahkan karyawannya.

Sembilan kamar di vila milik Sulitra yang bertarif paling murah Rp 1 juta per malam, kosong tanpa tamu sejak Maret lalu.

Nihil pekerjaan, Sulitra yang sebelum pandemi bisa mendulang sampai ratusan juta rupiah per bulan itu pun kembali membudidayakan rumput laut.

Baca juga: Tak Terpengaruh Corona, Pengusaha Batam Ekspor 53 Ton Rumput Laut ke China

Padahal dia sudah meninggalkan komoditas ini lebih dari 20 tahun sejak memilih fokus bekerja di pariwisata.

"Saya tidak malu. Penghasilan sekarang nol. Akan nol sama sekali kalau tidak ada rumput laut. Untungnya ada rumput laut," kata Sulitra.

Dengan modal Rp 15 juta, dia membeli 450 tali bibit rumput laut dan patok.

Bersama istri dan buruh dia terjun ke laut menanam, merawat, dan memanen rumput laut jenis katoni (Kappaphycus alvarezii) dan sakul (Eucheuma spinosum) itu. Dia sudah sekali panen dengan hasil Rp 3,3 juta.

Baca juga: Begini Cara Kepulauan Seribu Jadi Produsen Rumput Laut Kelas Dunia

Ketika ditanya apa artinya nilai itu dibandingkan pendapatannya dari pariwisata, Sulitra menjawab dengan tertawa, "Jauh, Pak. Jauuuh..."

Dia mengaku tetap berharap pariwisata akan kembali pulih di Bali.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com