KUPANG, KOMPAS.com - Puluhan petani rumput laut di pantai Oesina, Desa Lifuleo, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), mengaku mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah akibat rusak.
Para petani menyebut, kerusakan rumput laut akibat pembangunan proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Timor 1.
"Pembangunan dermaga atau jetty ini abunya merusak semua rumput laut di sepanjang perairan ini. Tahun ini kami tidak bisa panen, karena sudah tiga bulan hasilnya masih sedikit. Ada 62 petani rumput laut yang terkena dampak," ungkap Sekretaris Kelompok Petani Rumput Laut Desa Lifuleo, MatheosLaka (49), saat ditemui sejumlah wartawan, di Pantai Oesina, Rabu (24/6/2020) siang.
Matheos menuturkan, rumput laut tersebut tercemar debu yang berasal dari proyek pembangunan jetty milik PLTU Timor 1.
Baca juga: Jenazah Tertukar, Pemakaman dengan Protokol Covid-19 di Surabaya Diwarnai Tangis Histeris
Matheos mengaku, sebelum ada pembangunan PLTU ini, para petani biasa memanen rumput laut sebulan sekali.
Namun, saat ini, kata dia, untuk panen rumput laut membutuhkan waktu hingga tiga bulan lamanya.
"Itu pun rumput laut banyak yang rusak dan ukurannya tidak lagi seperti dulu. Pembangunan dermaga ini merusak rumput laut kami," tegas dia.
"Lumpur dan debu pembangunan jetty terbawa arus air laut dan menempel di rumput laut, sehingga warna rumput laut menjadi putih. Kalau tidak cepat dipanen, rumput laut akan hancur," sambung dia.
Matheos mengatakan, bukan hanya merusak rumput laut, tapi juga ekosistem laut yang lain.
Akibatnya rusaknya rumput laut, lanjut Matheos, selain harga anjlok, produksi rumput laut juga merosot.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.