Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bantah Diculik Usai Demo, Mahasiswa Ini Mengaku Diinterogasi, Ini Fakta Lengkapnya

Kompas.com - 05/09/2020, 14:11 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Kasus dugaan penculikan seorang mahasiswa Universitas Pattimura di Ambon bernama Muhamad Syahrul Wadjo terus menjadi sorotan.

Syahrul dikabarkan diculik usai menggelar demo di depan Kantor Gubernur Maluku pada Rabu (2/9/2020).

Beberapa hari kemudian, Syahrul mengaku tidak diculik namun diinterogasi sejumlah orang terkait orasi yang dianggap menyinggung Gubernur Maluku Murad Ismail.

“Pada kesempatan ini perlu saya sampaikan atas nama Muhamd Syahrul Wadjo dalam persoalan tersebut mau memgklarifikasi sedikit soal isu yang berkembang di media sosial soal penculikan, perlu saya sampaikan bahwa soal penculikan itu tidak benar atau hoaks,” kata Syahrul, Jumat (4/9/2020). 

 

Berikut ini fakta lengkapnya:

1. Syahrul: Saya diinterogasi

Muhamad Syahrul Wadjo mahasiswa Universitas Pattimura yang dinyatakan diculik sekelompok ornag tak dikenal saat memberikan keterangan kepada waratwan di Kantor Polresta Pulau Ambon, Jumat (4/9/2020)KOMPAS.COM/RAHMAT RAHMAN PATTY Muhamad Syahrul Wadjo mahasiswa Universitas Pattimura yang dinyatakan diculik sekelompok ornag tak dikenal saat memberikan keterangan kepada waratwan di Kantor Polresta Pulau Ambon, Jumat (4/9/2020)

Saat memberikan keteranan itu, Syahrul tampak didampingi Kapolresta Pulau Ambon Kombes Pol Leo Surya Nugraha Simatupang dan Kabid Humas Polda Maluku Kombes Pol Muhamad Roem Ohoirat. 

Dirinya juga menjelaskan, tak ada penodongan atau pemukulan terhadapnya. Menurutnya, orang yang membawa paksa diriya itu hanya menginterogasi dirinya di sebuah tempat.

"Saya dibawa ke Lapiaso, di situ saya diinterogasi, saya disuruh meminta maaf kepada Bapak Gubernur Maluku (Murad Ismail) atas penyampaian (pernyataan) saat demonstrasi di depan Kantor Gubernur," kata Syahrul di Polresta Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease, Jumat (4/9/2020).

Baca juga: Mahasiswa Unpatti Muncul dan Mengaku Tak Diculik, Ini Penjelasannya

2. Tak ada paksaan dan intimidasi

Muhamad Syahrul Wadjo (berbaju hitam) korban penculikan orang tak dikenal sementara diminta leterangan ya oleh penyidik Polresta Pulau Ambon dan Pulau_Pulau Lease, Kamis (3/9/2020)KOMPAS.COM/RAHMAT RAHMAN PATTY Muhamad Syahrul Wadjo (berbaju hitam) korban penculikan orang tak dikenal sementara diminta leterangan ya oleh penyidik Polresta Pulau Ambon dan Pulau_Pulau Lease, Kamis (3/9/2020)

Selain itu, Syahrul menjelaskan, keterangan yang dia sampaikan tersebut tidak dibuat-buat dan tidak ada unsur paksaan dari pihak lain.

"Tidak ada tekanan atau paksaan apapun dari pihak manapun, maupun kepolisian," kata Syahrul.

Dirinya memastikan, interogasi sejumlah orang kepadanya karena terkait orasi saat aksi berlangsung di depan kantor gubernur.

“Mereka sampaikan kecewa seakan-akan marah terhadap narasi aksi demo saya kemarin di kantor gubernur, bahasanya membuat mereka marah,” katanya.

3. Selidiki penyebar info penculikan

Ilustrasi.IST Ilustrasi.

Sementara itu, Kapolresta Pulau Ambon Kombes Pol Leo Surya Nugraha Simatupang menjelaskan, usai mendalami keterangan Syahrul, ada beberapa yang tidak benar.

Untuk itu, pihaknya mencoba meminta keterangan dari Syahrul, termasuk melacak informasi yang beredar di media sosial.

“Kita mengikuti rangkaian cerita ini dan ada beberapa keanehan Sahrul Wadjo ini kita melihat sepertinya kita tidak bisa menduga-duga, sepertinya ada keterangan yang belum benar diberikan,” kata Leo.

Baca juga: Begini Gaya Anak dan Mantu Presiden Jokowi Saat Daftar di KPU, Gibran Naik Onthel, Bobby Pilih Vespa

Terkait informasi yang beredar di media sosial, Kabid Humas Polda Maluku Muhamad Roem Ohoirat mengaku akan para pemilik akun media sosial yang menyebarkan informasi itu.

“Ini nanti berkembang, termasuk dua orang itu juga nanti kita periksa jadi baru nanti ketahuan, jadi jelasnya yang pertama klarifikasi dulu, begitu kemarin itu isunya begitu beredar, saya dengar saja rasa ngeri,” kata Muhamad Roem.

4. Kronologi menurut polisi

Ilustrasi olah TKPKOMPAS.COM/KOMPAS.com Ilustrasi olah TKP

Leo menjelaskan, berdasar hasil visum, tak ada tanda-tanda kekerasan di tubuh Syahrul, hanya ada benjolan di bagian belakang kepala.

Sementara itu, Leo melanjutkan, Syahrul mengaku dipulangkan pukul 06.00 WIT.

Namun, ternyata ada saksi yang melihat Syahrul telah tiba di Kawasan Poka pada pukul 00.000 WIT.

Setelah itu, laporan dugaan penculikan Syahrul diterima pada pukul 01.00 WIT.

Baca juga: Mahasiswa Luruskan Kabar Diculik Usai Demonstrasi, Polisi: Ada Keterangan yang Aneh

“Saat mau ke sekretariat ada tiga temannya melarang jangan ke sekretariat dulu karena ada polisi, padahal kami polisi di situ adalah membantu untuk meperjelas masalah yang terjadi," kata Leo.

Saat itu, Syahrul diminta rekan-rekannya untuk menginap di rumah salah satu senior, ML.

"Tapi justru diarahkan Syahrul Wajdo ini bergeser dulu ke satu rumah seniornya namanya ML, itu juga dengan catatan kalau ditanya polisi jangan di rumah ML tapi di rumah BC sehingga tidak ada kejelasan,” ungkapnya.

5. Penjelasan Syahrul soal dugaan penculikan

Baca juga: Mahasiswa Luruskan Kabar Diculik Usai Demonstrasi, Polisi: Ada Keterangan yang Aneh

Syahrul menjelaskan, saat itu dirinya sedang berjalan dari Sekretariat Hukum menuju Sekretariat Ekonomi Universitas Pattimura.

Saat melewati kawasan Poka, Kecamatan Teluk Ambon, dirinya bertemu dengan dua rekannya Fahmi Rizal Kilrey dan Haikal.

Kemudian, ada mobil pribadi mengikuti dari belakang dan da dua orang turun dari mobil. Mereka, menurut Syahrul, langsung meminta paksa dirinya masuk ke mobil.

“Jadi, saat saya nengok ke belakang ada mobil satu saya bilang ke (teman) jalan sudah kondisi tidak beres, lalu mobilnya hampiri saya, lalu dua orang turun dari mobil lalu tangkap saya,” kata dia.

Baca juga: 30 Petugas Satpol PP Ambon Positif Covid-19, Semuanya Bekerja di Lapangan

 

Lalu, di dalam mobil, Syahrul melihat seseorang yang ternyata ia kenali sebagai seniornya di organisasi. Sedangkan orang lagi mengaku juga sebagai seniornya.

Dari lokasi kejadian, ia lalu dibawa untuk diinterogasi di kawasan Lapiaso.

“Setelah itu, kami ke Batu Koneng untuk makan nasi kuning lalu kami ke Passo isi bensin, setelah itu ada yang keluar terima telepon lalu setelah itu saya dibawa pulang, ditaruh di depan Kantor Desa Poka,” kata dia.

(Penulis: Kontributor Ambon, Rahmat Rahman Patty | Editor: Dheri Agriesta)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com