Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Desa Gunung Jampang Garut, Puluhan Tahun Tak Tersentuh Sinyal Ponsel dan Internet

Kompas.com - 05/09/2020, 08:21 WIB
Ari Maulana Karang,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

 

Desa miskin, urutan pertama kasus stunting

Dengan kondisi akses jalan masuk yang jelek, Rahmat mengaku pasrah jika desanya ditetapkan sebagai desa miskin. Karena, memang kenyataannya sulit membangun ekonomi desanya jika kondisi infrastruktur jalan masih seperti saat ini.

Desa Gunung Jampang juga urutan pertama kasus stunting di Jawa Barat, karena memang kondisi infrastruktunya seperti ini, tahun kemarin saja ada ibu yang hamil meninggal dengan anaknya saat akan melahirkan, karena susah dibawa ke rumah sakit,” katanya.

Pendidikan, ekonomi dan kesehatan di desanya, menurut Rahmat memang jauh tertinggal dibanding desa lainnya. Hal ini terjadi karena akses jalan masuk ke desanya yang sangat buruk. Padahal, potensi pertanian cukup besar selama ini dan sulit dijual keluar desanya karena harganya mahal karena ongkosnya.

“Harga semen disini, dua kali lipat di kota, belum barang-barang lainnya, hasil pertanian dari sini juga sulit dibawa keluar dan harganya sulit bersaing karena ongkosnya besar,” katanya.

Masyarakat tak bisa akses bantuan yang diajukan online

Di masa Pandemi Covid-19, menurut Rahmat, derita warga desanya makin bertambah. Karena, program-program bantuan kebanyakan harus diakses atau diajukan secara online. Sementara, di desanya sama sekali tidak bisa mendapatkan fasilitas internet.

“Program-program bantuan sosial Covid-19, begitu pengajuannya pakai aplikasi, hanya 7 KK yang dapat, itupun bukan kita yang mengajukan. Padahal, data warga miskin di DTKS (Data Terpadu Kesejahteraan Sosial), ada 600 KK warga miskin atau 50 persen dari jumlah KK yang ada,” katanya.

Program bantuan sosial lainnya seperti Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), menurut Rahmat para penerima harus menggesek bantuan ke desa tetangga yang ada jaringan internet dan sinyal handphone. Makanya, penggesekan bantuan biasanya dikolektifkan mengingat ongkos untuk sampai ke desa tetangga cukup mahal.

“Kartunya dititipkan pada orang yang bisa dipercaya, yang jadi masalah bantuan sembako dari Gubernur yang disalurkan oleh PT Pos, kan tidak bisa dikirim sampai ke Gunung Jampang, akhirnya kita yang jemput ke kecamatan. Padahal aturannya tidak boleh, kita juga harus mengeluarkan ongkos angkut sampai Rp 1,5 juta,” katanya.

Ingin jaringan telekomunikasi masuk desa

Rahmat menuturkan, jika memang infrastruktur jalan belum bisa dibangun, minimal, jaringan telekomunikasi bisa masuk ke desanya. Karena, hal ini akan sangat bermanfaat bagi pemerintahan desa dan warga desanya.

Karena, sampai saat ini, satu-satunya cara cara untuk mensosialisasikan program-program pemerintah hanya dengan cara mendatangi langsung warga atau mengundang pengurus RW ke desa.

“Kalau disini, sosialisasinya sampai sekarang pakai SMS, Sosialisasi Make Suku (kaki/berjalan kaki), jika ada surat dari pemda, paling cepat baru bisa tiga hari disosialisasikan ke warga dengan mengundang rapat di desa,” katanya.

Rahmat mengakui, tahun 2020 ini, memang Pemkab Garut sudah merencanakan membangun jalan ke Desa Gunung Jampang dari Desa Linggamanik Kecamatan Pamulihan sepanjang 31 kilometer dengan anggaran mencapai Rp 16 miliar.

Sialnya, karena ada Pandemi Covid-19, anggaran pembangunan jalan ke desanya harus dihapus demi efisiensi dan penanggulangan wabah Covid-19. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com