Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kampung Kami Banyak Air, Tapi Tidak Bisa Digunakan Gara-gara Proyek Kereta Cepat"

Kompas.com - 03/09/2020, 19:07 WIB
Putra Prima Perdana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

 

Hanya 1 mata air yang masih aktif

Warga lainnya, Sumarni (52), mengatakan, satu mata air yang masih aktif tersebut kini dibagi  bergiliran. Dari 15 penampungan yang tersebar, masing-masing penampungan dua hari sekali hanya diberi waktu empat jam.

"Empat jam nampung paling cuma dapat empat ember. Dipakai buat dua hari. Enggak cukup. Akhirnya ya terpaksa pakai air yang kotor ini," ungkap Sumarni.

Ketika air bersih tak lagi cukup sementara air alternatif dari Sungai Cileuleuy terkontaminasi limbah buangan pengeboran terowongan kereta cepat, Sumarni bersama warga lainnya terpaksa membeli air bersih dengan harga Rp.100.000 per kubik.

"Tetap saja kurang. Terpaksa pakai juga air ini. Efeknya kalau dipakai buat mandi kulit jadinya gatal-gatal, terus jadi keras, seperti kena semen," tuturnya.

Engkim dan Sumarni mengaku tidak mau jika diberikan ganti rugi uang. Mereka hanya berharap tidak lagi kekurangan air bersih seperti dulu.

"Kita enggak nuntut apa apa, yang penting air banyak lagi dan jernih kembali," kata Engkim dan Sumarni.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com