Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani Sayur Merapi: Daripada Busuk Sia-sia, Lebih Baik Disedekahkan

Kompas.com - 03/09/2020, 12:02 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana,
Khairina

Tim Redaksi

MAGELANG, KOMPAS.com - Para petani di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, memilih untuk membagi-bagikan atau sedekah hasil panen sayurannya kepada warga secara cuma-cuma.

Mereka memilih cara ini agar sayuran tidak membusuk atau terbuang sia-sia lantaran harga sayuran di pasaran anjlok beberapa waktu terakhir ini.

Seperti dilakukan oleh Komunitas Pembibitan Kremun Merapi belum lama ini.

Mereka membagikan sekitar 800 kilogram aneka ragam sayuran, sawi hijau, tomat, buncis hingga cabai dari petani lerang Gunung Merapi.

Baca juga: Lahan Berbatuan Diubah Jadi Kebun Sayur oleh TNI AU

Mereka bersama Forum Merapi Merbabu Hijau (FMMH), relawan dan Pendaki Pensiun membagikan sayuran tersebut di Simpang tiga Palbapang, Jalan Magelang-Yogyakarta, Mungkid dan Jalan Magelang-Temanggung, Pringsurat. Bahkan ada juga yang dikirim ke Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Salah satu anggota Komunitas Pembibitan Kremun Merapi, Wawan menjelaskan, aksi tersebut sebagai bentuk keprihatinan sekaligus membantu para petani sayuran di lereng Gunung Merapi karena harga jual turun drastis.

"Sayuran tersebut sangat murah sehingga tidak dipanen petani. Sehingga kami bersama-sama memanen dari beberapa ladang petani, packing, lalu kami bagikan secara massal dan gratis,” kata Wawan, dihubungi Kamis (3/9/2020).

Diungkapkan Wawan, harga jual tomat saat ini Rp 500 per kilogram, sawi hijau atau cesin Rp 500 per kilogram, cabai keriting Rp 5500 per kilogram, cabai bangkok Rp 1000 per kilogram, sawi putih Rp 500 per kilogram, buncis Rp 700 per kilogram dan terong Rp 1000 per kilogram.

Hal yang sama juga dilakukan oleh relawan SAR Grabag bersama Graskom Grabag, Kabupaten Magelang.

Mereka membantu para petani di lereng Gunung Merbabu dengan membagi-bagikan beragam sayuran hasil panen kepada warga, beberapa pondok pesantren dan yayasan yatim piatu. Warga pun menyambutnya dengan antusias. 

Baca juga: Tanam Sayur di Pekarangan Selama Pandemi, Ibu-ibu Ini Raup Belasan Juta Rupiah

Komandan SAR Grabag, Budi Rahartono mengatakan, aksi ini sudah dilakukan untuk keempat kalinya.

Jika harga jual anjlok, para petani tidak memanen dan membiarkan rusak atau membusuk begitu saja. 

"Saat ini panen sayur cukup banyak, akan tetapi harganya turun drastis. Sehingga petani memilih tidak panen, membiarkan busuk, layu, bahkan tidak terawat di ladang. Karena tidak cucuk (untung) dengan harga bibit, pupuk sama tenaganya dan sarana transpotasinya,” ungkap Budi.

Budi berharap, sayuran ini tetap bermanfaat bagi warga yang membutuhkan. Sekalipun secara materiil merugi, para petani masih bisa bersyukur. Aksi ini akan terus dilakukan sampai harga berangsur naik ke harga standar. 

 

Harga jual rendah

Sementara itu, salah satu petani, Edi Wahono (43) asal Desa Ketundan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang mangatakan harga jual memang sedang anjlok saat ini, sementara hasil panen melimpah. 

Ia mencontohkan harga jual kubis per kilonya saat ini hanya Rp500 per kilogram. Padahal rata-rata berkisar Rp 2000 per kilogram. Ini tidak sebanding dengan biaya perawatan dan sebagainya.

"Kami pun berinisiatif untuk membagikan hasil panen sayuran kami. Ada sawi, kubis, tomat dan sebagainya. Daripada membusuk sia-sia atau buat pakan sapi lebih baik disedekahkan,” ujarnya. 

Meski demikian ia tetap merasa bersyukur karena hasil panen tetap bermanfaat bagi warga yang membutuhkan. Meskipun secara ekononi pihaknya sangat merugi. 

“Secara ekonomi, hancur. Khusus yang sini, biaya bibit habis 5000 batang, per batang Rp 80 sudah habis Rp 400.000 khusus bibit. Belum buat beli pupuk kandang, tenaga dan lainnya,” tuturnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com