Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Viral Ibu 1 Anak Meninggal karena Lambat Ditangani, Dianggap Probable Covid-19, Swab Negatif

Kompas.com - 29/08/2020, 16:59 WIB
Zakarias Demon Daton,
Khairina

Tim Redaksi

“Anak saya sudah enggak ada baru datang. Mau dipompa jantungnya. Ibunya larang, 'Jangan kau pompa. Jangan siksa anak saya',” tutur Sandra.

Sebelum dirujuk ke RSUD Kudungga, cerita Sandra, Maya sudah berobat di dua rumah sakit swasta berbeda.

Maya tak bisa jalan karena kekurangan kalium.

Mereka membawa Maya ke salah satu rumah sakit swasta di Sangatta, pada 1 Agustus 2020. Setelah mendapat perawatan, kondisi Maya membaik dan dipulangkan kembali ke rumah.

Setelah pulang, Maya menyampaikan keluhan lain, yakni batuk sudah hampir satu bulan.

“Jangan-jangan TB (tuberculosis). Jadi saya ajak periksa lagi. Kami bawa ke RS lagi,” kata dia.

Setelah dirontgen, ditemukan ada cairan di paru-paru. Kemudian disedot cairan itu, lalu dinyatakan kondisi membaik dan boleh pulang.

“Tapi, kalium-nya anjlok lagi. Kemudian dibawa lagi ke RS swasta berbeda,” terangnya.

Malam itu ada pasien perempuan masuk di RS tersebut, tetapi diberi satu ruangan dengan Maya.

Belakangan pasien tersebut ternyata positif Covid-19 dan meninggal.

Keluarga Maya awalnya tak tahu hal tersebut.

“Saat kita pulang, perawatnya bilang, 'Kalau Bu Maya ada keluhan sesak atau apa, tolong langsung ke RSUD Kudungga (RSUD rujukan Covid-19),” kata Sandra.

Bingung dengan pesan tersebut, keluarga yang menjemput Maya bertanya maksud dari pernyataan tersebut.

“Ternyata keteledoran pihak rumah sakit menggabungkan pasien Covid-19. Tapi, kenapa kami tidak diberitahu. Justru saya dengar cerita dari keluarga saya bahwa Maya digabung dengan pasien positif,” terang dia.

Merasa kesal, Sandra melapor ke pemilik rumah sakit swasta tersebut. Esoknya, manajemen rumah sakit meminta maaf kepada keluarga Maya.

Manajemen memberi pilihan keluarga Maya melakukan isolasi mandiri di rumah atau rumah sakit. Keluarga memutuskan melakukan isolasi di rumah sakit.

“Akhirnya, Maya, suaminya, dan ibu Maya isolasi selama 14 dinyatakan dan hasil rapid test non-reaktif. Urusan kami dengan rumah sakit itu akhirnya klir,” jelas dia.

Pulang seusai isolasi, Maya kembali drop dengan keluhan kekurangan kalium.

“Kami bawa ke rumah sakit swasta berbeda lagi, lebih dekat dengan rumah,” kata dia.

Sampai di rumah sakit tersebut, dokter yang menangani Maya di IGD menyatakan bahwa Maya berstatus probable Covid-19 setelah berkomunikasi dengan dokter paru yang menangani Maya di rumah sakit sebelumnya.

“Ruangan Maya dipisahkan ke ruang lain di sekitar IGD. Saya beberapa kali bilang dokter itu, kalium-nya gimana. Dokter bilang, 'Iya, Bu, tunggu saja di luar. Sudah diberi kalium',” terangnya.

Di saat bersamaan, Maya juga beberapa kali meminta agar dokter menangani dulu kaliumnya. Sebab, dia merasa masih bernapas baik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com