“Sampai sekarang ada sekitar 200 kambing dikelola wali murid,” ujar dia.
Mendirikan lembaga pendidikan di daerah pinggiran menjadi tantangan tersendiri bagi Nur Fadli.
Selain menjadi kepala sekolah, dia juga mengajar di sekolah tersebut. Dia harus melewati jalan berbatu untuk mengajar di sekolah yang didirikan.
Setiap harinya, dia menggunakan sepeda motor untuk menuju lokasi. Apabila musim hujan, jalan menjadi becek sehingga kerap terjatuh.
Namun, hal itu tidak menggoyahkan semangat Nur Fadli untuk mengajar di daerah pinggiran.
“Pelajarnya waktu itu baru semua, pembelajaran dibuat menyenangkan,” tutur dia.
Baca juga: Kado HUT Ke-75 RI, Listrik Menyala di 8 Desa Pedalaman Riau
Ia membuat pelajar bisa baca tulis dengan cara yang tidak membosankan. Selain belajar di dalam kelas, juga diajak belajar di luar kelas.
Seperti di sawah hingga sungai hingga kebun.
Nur Fadli kembali mengajak para pelajar untuk terus merawat nilai-nilai keindonesiaan.
Di sekolah, dia mengajarkan anak-anak agar bersikap bergotong-royong, toleran dan, kreatif dan memiliki semangat kemandirian.
“Saya ingin anak-anak bisa menjadi pemimpin masa depan walau mereka lahir di daerah pinggiran,” tutur dia.