Selain itu, untuk pergi ke sekolah, jaraknya cukup jauh.
Akhirnya, Nur Fadli mencoba merintis lembaga pendidikan di daerah pelosok tersebut.
Dia merintis sekolah dasar di Bintoro tahun 2004 lalu. Awalnya, sekolah tersebut merupakan madrasah diniyah.
“Anak-anaknya tidak sekolah, tapi belajar di madrasah diniyah,” tutur dia.
Mereka tidak sekolah karena SD cukup jauh, yakni sekitar empat kilometer.
Mereka harus melewati kawasan perkebunan untuk sampai di sekolah dengan jalan kaki. Akhirnya banyak yang memilih tidak sekolah.
Baca juga: Tak Diizikan Satgas Covid-19, SMA/SMK di Jember Tunda Gelar Pembelajaran Tatap Muka
“Saya ajak tokoh masyarakat untuk bangun SD,” tambah dia.
Awalnya tak mudah, karena banyak penolakan dari warga sekitar. Sebab, warga khawatir dengan biaya pendidikan.
Berbeda dengan madrasah diniyah yang digelar secara gratis.
Pelan tapi pasti, Nur Fadli mampu meyakinkan para wali murid. Akhirnya, sekolah dibangun dan membantu proses hingga menjadi SDN Bintoro V sampai sekarang.
“Sudah banyak yang lulus dan kuliah sampai sekarang,” tutur dia.