Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siasat SD di Kulon Progo Entaskan Masalah Belajar Jarak Jauh, Pakai HT

Kompas.com - 07/08/2020, 21:29 WIB
Dani Julius Zebua,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com – Ketika waktu menunjukkan 09.00 WIB, 18 siswa kelas 3 SD Negeri 2 Kanoman Kapanewon Panjatan, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, belajar Bahasa Jawa di rumah masing-masing.

Semua berlangsung pada saat bersamaan meskipun berada di tempat berbeda-beda.

Salah satu pelajar itu adalah Bayu Setia Wibawa (9) yang tinggal di Pedukuhan 1 Kanoman. Dia duduk di ruang tamu sederhana rumahnya.

Baca juga: Kisah Siswa di Dusun Terpencil Sumbawa, Susah Sinyal Terpaksa Pakai HT Selama Belajar di Rumah

Mata Bayu lekat ke buku Bahasa Jawa di hadapannya. Murniyati, ibunya, menemani Bayu selagi sang anak belajar.

Suasana belajar seolah tampak seperti biasa anak yang sendirian mengerjakan pekerjaan rumah.

Namun, kali ini terasa beda karena Bayu belajar sambil berkomunikasi dengan gurunya via walkie-talkie atau lebih dikenal dengan sebutan handheld transceiver (HT).

Dari perangkat itu terdengar suara Titik Sumarsidah, wali kelas 3. Titik menuntun Bayu membaca maupun bertanya tentang pelajaran Bahasa Jawa.

Murniyati hanya menemani di samping Bayu duduk. Kadang, dia menunjukkan jari ke buku ketika Bayu bingung mencari soal yang mesti dibaca.

Baca juga: Polisi Gadungan yang Bawa HT Merah Punya Banyak Kartu Identitas

Kadang pula, Wati tampak berbisik memberi tahu jawaban ke Bayu, bila si anak dirasa terlalu lama menjawab pertanyaan gurunya.

Proses belajar rasanya berlangsung cepat dan pelajaran Bahasa Jawa bisa berakhir, berganti mata pelajaran selanjutnya.

"Tidak sulit belajarnya, (karena) langsung tahu dari guru. Senang saja pakai HT," kata Bayu di rumahnya, Jumat (7/7/2020).

Bayu Setia Wibawa pelajar kelas 3 SD Negeri 2 Kanoman di Kalurahan Kanoman, Kapanewon Panjatan, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ia menggunakan HT untuk menerima pengajaran Bahasa Jawa dari gurunya.KOMPAS.COM/DANI JULIUS Bayu Setia Wibawa pelajar kelas 3 SD Negeri 2 Kanoman di Kalurahan Kanoman, Kapanewon Panjatan, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ia menggunakan HT untuk menerima pengajaran Bahasa Jawa dari gurunya.

Saat bersamaan, Almira Iismawardhani juga melakukan hal serupa.

Dia duduk di lantai menghadap meja di teras samping rumah. Di hadapannya juga ada buku lembar kerja siswa (LKS) Bahasa Jawa.

Almira tinggal di Pedukuhan 2 Kanoman. Jaraknya sekitar dua kilometer dari rumah Bayu.

Almira anak pintar. Dia cepat menjawab tiap pertanyaan gurunya. Tak lama, pelajaran Bahasa Jawa juga selesai dikerjakan.

“HT dipinjami sekolah. (Membuat) lebih mudah belajarnya. Hemat kuota,” kata Almira.

Baca juga: Lebih Enak Belajar di Sekolah, Kalau Gini Ngabisin Uang Buat Beli Kuota

SD Negeri 2 Kanoman tengah mengembangkan metode berbeda dalam belajar mengajar pada masa Pandemi Covid-19.

Sekolah bekerja sama dengan komunitas Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) di Yogyakarta untuk mewujudkan belajar mengajar yang berbeda di masa pandemi.

Tiga bulan sebelumnya, belajar mengajar lewat berbalas pesan dalam grup WhatsApp.

Banyak kendala pada metode daring itu, mulai dari kepemilikan telepon genggam, kekuatan sinyal, keterbatasan dana membeli kuota, dan kemampuan orangtua yang berbeda dalam teknologi digital.

Pihak sekolah pun akhirnya terbuka dengan cara baru, yakni lewat radio. Kebetulan salah seorang orangtua siswa merupakan anggota RAPI.

Baca juga: Permudah Belajar Online, Universitas Andalas Dirikan Kampus Desa

Gayung bersambut, dibuat cara baru belajar mengajar lewat radio. Anggota RAPI menyediakan belasan HT dan menyebarkannya ke siswa.

Para anggota RAPI meminjamkan HT cadangan mereka ke orang tua wali kelas 3. Dengan demikian, semuanya bisa mendapat pelajaran sama di waktu yang sama.

“Kita ada 18 siswa, masing-masing kini memegang HT," kata Kepala Sekolah SDN 2 Kanoman, R Ahmad Isnanto Nugroho.

Titik Sumarsidah, wali kelas 3, berbicara lewat HT menuntun belasan siswanya membaca maupun menjawab pelajaran Bahasa Jawa. Belajar mengajar menggunakan handytalkie ini berlangsung di SDN 2 Kanoman, Panjatan, Kulon Progo, DI Yogyakarta.KOMPAS.COM/DANI JULIUS Titik Sumarsidah, wali kelas 3, berbicara lewat HT menuntun belasan siswanya membaca maupun menjawab pelajaran Bahasa Jawa. Belajar mengajar menggunakan handytalkie ini berlangsung di SDN 2 Kanoman, Panjatan, Kulon Progo, DI Yogyakarta.

Mereka kemudian memasang stasiun induk dengan mesin ICom IC-28H di ruang guru untuk menyebarkan suara ke perangkat HT.

Untuk memperkuat daya jangkau, RAPI mendirikan antena F23 built up, yang tersambung kabel RG 8.

Semua instalasi itu irit listrik karena hanya memakan daya 13,4 watt saja, meski hidup selama 24 jam.

Dengan stasiun induk itu maka suara sang guru bisa dijangkau siswa yang berada dalam sat desa dengan jarak paling jauh 3 kilometer.

Cara baru ini baru berlangsung dua hari belakangan untuk kelas 3 saja.

Baca juga: Wakaf Salman ITB Galang Donasi untuk Beli Ponsel bagi Siswa Belajar Online

Alhasil, belajar mengajar bisa cepat. Semua anak bisa mengerjakannya secara bersama dan guru juga bisa mengukur kemajuan para pelajar.

“Guru merasa lebih efektif karena bisa komunikasi langsung dengan siswanya, sekaligus mengobati rasa kangennya. Kendalanya jarak jauh bisa putus-putus, meski kendala itu cepat diatasi para teknisi,” kata Nugroho.

Bagi keluarga siswa, cara baru ini ada kelebihan dan kekurangannya.

Murniyati mengungkapkan, anaknya cukup cepat menangkap apa yang diajarkan. Dari sisi biaya, sebenarnya lebih murah lantaran tidak mengeluarkan biaya pulsa.

Namun persoalannya adalah perangkat HT yang masih meminjam.

“Selama ini pakai HP, di mana harus beli paketan data. Tapi kalau kondisi keseharian seperti ini tentu memberatkan. Beruntung ada HT, membuat orangtua dan anak itu bisa langsung dengan gurunya,” kata orangtua dari Batu ini.

Baca juga: Sekolah Swasta Ingin Terapkan Belajar Tatap Muka, Ini Jawaban Pemkot Ambon

Pengurus Biro 3 RAPI DIY, Frangky Wahyu mengungkapkan, kerja sama dengan SDN 2 Kanoman merupakan percontohan sekaligus percobaan.

Meski baru terlaksana beberapa hari, dia melihat hasilnya cukup efektif untuk membantu pelajar yang kesulitan karena proses daring.

“Kami ingin menjangkau lebih luas layanan serupa. Harapannya banyak yang membantu. Bila berhasil nanti, bisa diadopsi di DIY maupun di berbagai daerah lain,” kata Frangky.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com