Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Vita, Berhenti Jadi Dosen Berstatus PNS, Pilih Beternak Kambing, Jejaknya Diikuti 30 Milenial

Kompas.com - 26/07/2020, 13:52 WIB
Wijaya Kusuma,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

 

Vita kemudian membuat rancangan yang kemudian disampaikan kepada suaminya.

Sesuai passion-nya, Vita ingin mengusung peternakan yang memberdayakan masyarakat, lebih khusus pemberdayaan anak-anak muda.

Guna merealisasikan ide tersebut, Vita membutuhkan lahan yang luas. Sementara dia tidak memiliki lahan yang bisa digunakan.

Vita kemudian mempunyai ide bekerjasama dengan pemerintah desa. Sebab desa mempunyai lahan yang bisa digunakan.

"Saya presentasi ke beberapa kepala desa dan responsnya bagus. Konsep integrated farming, ada pertanian, ada peternakan yang itu modern, semuanya diintegrasikan dalam satu tempat. Kemudian akan menjadi edu wisata sehingga banyak pemuda yang akan terserap," ucapnya.

Namun, lahan milik desa sudah banyak yang terpakai. Vita pun kembali harus mencari lahan lain. Hingga akhirnya bertemu dengan salah satu perangkat Desa Harjobinangun.

Vita lantas menceritakan konsepnya dan perangkat desa ini tertarik. Vita dipersilakan menggunakan lahan milik saudara perangkat desa itu seluas 4.000 meter yang ada di Dero Wetan, Desa Harjobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman.

Pada tahun 2018, akhirnya lulusan S2 Magister Ilmu dan Industri Peternakan UGM ini mulai merealisasikan idenya dengan memilih domba. Ia lantas memberi nama peternakanya Sinatria Farm.

"Kalau dulu kan etawa, yang ini Domba. Ada ekor gemuk, tipis, garut," ucapnya.

Pilihan ternak domba karena pasarnya masih terbuka luas. Permintaan di Yogyakarta juga masih sangat tinggi. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan di Yogyakarta masih harus mendatangkan dari luar kota.

Awalnya, Vita hanya membangun satu kandang yang terbuat dari kayu. Sering berjalanya waktu, di Sinatria Farm saat ini ada tiga kandang. Dua kandang berukuran besar dan berbentuk panggung. Satu kandang berukuran lebih kecil.

Setiap kandang di Sinatria Farm dibangun dengan sistem khusus, yakni memisahkan urin dengan kotoran domba. Sehingga tidak bau, seperti kandang-kandang pada umumnya.

"Prinsipnya yang membuat bau itu kan urin. Nah, kita mengkondisikan urin dengan membuat instalasi," ungkapnya.

Konsepnya, di bawah kandang dipasang jaring untuk menangkap kotoran domba. Jaring tersebut dipasang miring agar kotoran bisa mengelinding ke tampungan yang disediakan.

Di bawah jaring, dipasang fiber yang juga diposisikan miring. Fiber ini khusus untuk menampung urin ternak. Urin kemudian dikumpulkan dalam tempat penampungan.

"Jadi kita menyebutnya kandang dengan sistem terkoleksi, itu istilah kita," ujar dia.

Kotoran domba dan urin yang sudah tertampung memiliki nilai ekonomis karena bisa dimanfaatkan sebagai pupuk.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com