Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Yohana Mengajar Anak Rimba, Ikut Pindah-pindah Tempat demi Dekat Siswa (2)

Kompas.com - 13/07/2020, 10:33 WIB
Suwandi,
Farid Assifa

Tim Redaksi

JAMBI, KOMPAS.comYohana Pamella Berliana Marpaung, staf pendidikan kelompok marginal, berjuang untuk mendidik anak-anak Rimba di Jambi, yang tidak bersekolah akibat pandemi. Sebelum masuk ke hutan, ia harus memastikan terlebih dahulu kondisi kesehatannya agar tidak membawa virus Corona ke tengah hutan.

Setelah memastikan dirinya bebas Covid-19, ia kemudian masuk ke hutan untuk menjemput anak-anak Rimba. Perjalanan ke pedamalaman Jambi itu memakan waktu hingga 8 jam.

Anak-anak Rimba kemudian dibawa ke rumah singgah yang sudah disediakan di KKI Warsi, organisasi tempat Yoahana bernaung.

Para "siswa" dari Orang Rimba ini bersemangat untuk belajar. Bahkan, mereka bangun tengah malam dan minta untuk belajar. Bangun tengah malam merupakan kebiasaan anak-anak Rimba. Yohana pun berusaha untuk menyesuikannya.

Baca juga: Kisah Yohana Mengajar Anak Rimba di Masa Pandemi, Tengah Malam Siswa Bangun dan Minta Belajar (1)

 

 

Pindah-pindah tempat

Selain mengajar di rumah singgah, Yohana juga mengajar anak-anak yang orangtuanya berpindah-pindah dari kebun sawit ke hutan kemudian kebun sawit.

Kendati tidak menetap, perpindahan Orang Rimba masih bisa dijangkau, tetap dalam kawasan Bukit Duabelas, tepatnya Desa Bukit Suban.

Perpindahan lokasi berdiam adalah cara Orang Rimba bertahan dari virus. Dengan berpindah, peluang untuk bertemu dengan orang luar semakin sedikit.

Sebelum mendatangi rombongan Meriau, santer terdengar kabar Yohana akan ditolak. Mereka melarang orang luar masuk ke kelompok mereka.

Dalam perjalanan mencari kelompok Meriau, Yohana bertemu anak-anak dari rombongan itu yang sedang membrondol atau memungut buah sawit yang jatuh dari pohon atau pun dari mobil perusahaan saat panen.

Anak-anak yang sudah mengenal Yohana itu langsung melarikan diri dan bersembunyi karena ketakutan. Yohana terus meyakinkan dan mengajak mereka untuk kembali belajar.

“Kamia ndok, induk awok marah atau kami mau, tapi ibu kami marah,” kata Yohana yang menirukan suara anak perempuan rimba bernama Matam.

Yohana paham betul bahwa virus Corona memang ditakuti Orang Rimba bahkan masyarakat dunia juga menghadapi takut yang sama. Yohana tahu bahwa apabila Orang Rimba terkena penyakit itu, maka sulit untuk mendapatkan pengobatan.

“Keberadaan Orang Rimba di kebun sawit yang berpindah-pindah menjadi sulit untuk terpetakan dan dipantau,” kata Yohana lagi.

Untuk meyakinkan rombongan Meriau, Yohana menetap dan berpindah bersama mereka. Awalnya Yohana dilarang mendekat dan tetap harus berjarak. Namun lama-kelamaan hati Orang Rimba luluh juga.

Melihat Yohana seminggu bersama mereka dan tidak pergi ke mana-mana atau balik ke kota, rombongan Meriau pun merasa aman kalau anaknya belajar bersama Yohana.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com