Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Yohana Mengajar Anak Rimba, Ikut Pindah-pindah Tempat demi Dekat Siswa (2)

Kompas.com - 13/07/2020, 10:33 WIB
Suwandi,
Farid Assifa

Tim Redaksi

Setelah mendapat izin dari orangtua rombongan Meriau, Yohana mengajar dengan riang gembira. Dia begitu semangat mengajari anak-anak bersiap masuk sekolah, suatu saat.

Ujian kenaikan kelas

Kebanyakan anak-anak yang memiliki gawa bisa melakukan ujian berbasis digital. Tetapi anak rimba tidak bisa.

Yohana harus datang ke sekolah untuk mengambil soal ujian untuk diberikan kepada anak-anak Rimba. Kemudian ia menyerahkan kembali lembar jawaban siswa tersebut ke sekolah.

Kebanyakan anak-anak rimba di Bukit Duabelas tergabung di SDN 191 Air Panas, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun. Karena ujian naik kelas bertepatan dengan pandemi, maka soal dibawa pulang, tidak boleh bertatap muka.

“Anak-anak mau ujian, tetapi tidak boleh tatap muka di sekolah, Jadi kami minta tolong bapak ibu untuk mengambil soal anak-anak asuhnya agar bisa dikerjakan di rumah. Soal dijemput hari Senin 15 Juni pukul 09.00 di sekolah,” demikian bunyi pesan dari Bu Ade, kepala Sekolah Dasar 191, Air Panas, yang masuk ke ponsel Yohana.

Soal ujian yang harus diambil itu untuk Besimbur, Nyeser dan Nukik yang duduk di kelas I, kemudian Pengarang Gading dan Bepanau kelas II, lalu Bepuncak kelas III. Dan kemudian Bekaram kelas IV serta Besati dan Ceriap kelas V.

Sebelum ujian digelar, anak-anak ini sudah mendapatkan bimbingan belajar dari Yohana dan rekannya.

Yohana juga bertugas untuk memberikan pelajaran dasar pada anak-anak Rimba yang belum masuk sekolah formal.

"Karena pelajaran ada yang tematik, ada juga kami minta pinjaman buku tematik ke sekolah untuk mengajar anak-anak rimba,” kata Yohana.

Anak-anak yang mengikuti ujian ini terdiri dari beberapa mata pelajaran. Untuk Kelas 1, 2 dan 3, ujian dilaksanakan berdasarkan tematik pelajaran.

Sedangkan kelas 4 dan 5, mata pelajaran yang diujikan adalah tematik, matematika dan pendidikan jasmani.

Selama ini anak-anak Rimba dari kelompok Tumenggung Ngrip di Kedudung Muda Taman Nasional Bukit Duabelas ini mengikuti sekolah formal tinggal di kantor lapangan KKI Warsi di Desa Bukit Suban, sebagian ada yang masuk rimba mengikuti orang tua mereka.

Mimpi terwujud

Meskipun tantangan begitu berat, bergelut dengan kesunyian hutan, ketiadaan sinyal, kebuasaan satwa liar dan jauhnya berjalan kaki tidak pernah membuat Yohana putus asa maupun menyerah.

Sebelum mengajar di rimba November 2018 lalu, Yohana adalah peneliti independen. Dia rupanya sudah bisa betualang keluar masuk hutan Kalimantan dan NTT.

Mengajar dalam rimba adalah mimpi semenjak SMA, kata Yohana. Dia mulai tertarik dengan Orang Rimba lewat baca buku dan komunikasi melalui media sosial KKI Warsi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com